JK: Musuh Taliban Sesungguhnya AS, Bukan Pemerintah Afghanistan

JK sebut Amerika Serikat yang ingin perang saudara terjadi

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK), meyakini tidak akan terjadi perang saudara di Afghanistan meskipun Taliban telah berkuasa. Sebab, menurutnya, musuh Taliban yang sesungguhnya adalah Amerika Serikat (AS).

“Perang sebenernya adalah Taliban dengan Amerika. Nah, 20 tahun Amerika perang dengan biaya 2 triliun dolar. Jadi sama dengan kira-kira Rp30 ribu triliun. Anda bayangkan itu. Jadi kira-kira 12 tahun anggaran kita. 12 tahun dihabisi hanya untuk memerangi kelompok Taliban dan Osama bin Laden,” ujar JK dalam diskusi daring, Sabtu (21/8/2021).

JK juga menyebut bahwa perang dengan Taliban adalah perang terlama AS dalam sejarah mereka dan tetap tidak dimenangkan oleh negeri Hollywood itu. “Amerika, dia bisa menangkan perang besar tapi dia tidak pernah menang perang sistem perang gerilya, tidak pernah,” imbuh JK.

Baca Juga: JK Yakin Tak Ada Perang Saudara meski Taliban Berkuasa di Afghanistan

1. JK sebut yang diinginkan Taliban adalah power sharing

JK: Musuh Taliban Sesungguhnya AS, Bukan Pemerintah AfghanistanAnggota kantor politik Taliban Abdul Latif Mansoor (kanan), Shahabuddin Delawar (tengah) dan Suhail Shaheen tiba untuk konferensi pers di Moskow, Rusia, Jumat (9/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Tatyana Makeyeva.

JK menuturkan, Taliban sangat hebat dalam diplomasi. Saat berunding dengan pemerintah Afghanistan, kata JK, yang diinginkan Taliban hanya power sharing atau berbagi kekuasaan dengan pemerintah.

Namun, menurut JK, yang paling resah apabila itu terjadi adalah Amerika. Sebab, mereka awalnya tidak ingin pulang dari Afghanistan dengan ‘terbirit-birit’ seperti Vietnam.

2. JK sebut Amerika yang menginginkan adanya perang saudara di Afghanistan

JK: Musuh Taliban Sesungguhnya AS, Bukan Pemerintah AfghanistanIlustrasi perwira Militer Amerika Serikat bersama pasukan militer Jerman. twitter.com/sakaltimes

Lalu, JK bercerita bahwa sebenarnya AS-lah yang menginginkan adanya perang saudara di Afghanistan. Hal itu sejalan dengan rencana penarikan mundur pasukan militer AS dari Afghanistan sejak Mei.

“Maka yang terjadi sebenarnya, Amerika mengharapkan ada perang saudara antara tentara pemerintah Afghanistan dan Taliban,” ucap JK.

Namun ternyata, kata dia, perang saudara itu tidak terjadi di Afghanistan. Sebab, kekuatan yang mendominasi di Afghanistan adalah AS. Setelah pasukan AS mundur, kekuatan pemerintah Afghanistan pun berkurang.

“Tapi kita tahu semua itu, setelah Amerika mau pergi, Taliban maju, tentara-tentara pemerintah tidak ada yang melawan, semua tidak ingin perang saudara. Jadi ini bukan Taliban itu hebat, tapi karena tentara pemerintah Afghanistan mundur. Jadi malah melarikan diri ke negara-negara sekitar, Pakistan,” tutur JK.

Baca Juga: Melacak Asal Dana dan Persenjataan Taliban

3. Presiden meninggalkan Afghanistan dinilai solusi terbaik agar tidak terjadi perang saudara

JK: Musuh Taliban Sesungguhnya AS, Bukan Pemerintah AfghanistanIlustrasi Taliban (ANTARA FOTO/REUTERS/Parwiz)

Setelah Taliban menduduki Kabul dan kota-kota lainnya, Presiden Ashraf Ghani dan beberapa pejabat pemerintah justru mundur dan meninggalkan Afghanistan. Menurut JK, itu adalah keputusan terbaik agar tidak terjadi perang saudara.

“Kalau terjadi perang saudara, habislah Afghanistan dan umat Islam juga bisa habis. Karena sistem mereka tidak mau perang, tidak juga mau menyerah, tidak mau perang. Maka, terjadi seperti sekarang ini, Taliban menduduki Kabul dan kota-kota lain dan terjadi pengalihan pemerintahan,” jelas JK.

4. Biden klaim penarikan pasukan AS dari Afghanistan adalah keputusan terbaik

JK: Musuh Taliban Sesungguhnya AS, Bukan Pemerintah AfghanistanSebuah layar menampilkan pidato Presiden Amerika Serikat Joe Biden tentang krisis di Afganistan di Nasdaq MarketSite di Times Square di New York City, Amerika Serikat, Minggu (16/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Jeenah Moon/rwa/cfo

Presiden Joe Biden bersikeras bahwa keputusan menarik pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan merupakan kalkulasi politik yang tepat. Menurut Biden, sudah sepatutnya Afghanistan menentukan masa depannya sendiri, tanpa harus melibatkan pasukan AS dalam perang tak berujung.

Berbicara di Ruang Timur, Gedung Putih, Biden menyampaikan bila militer Afghanistan memiliki kapasitas yang mumpuni untuk memerangi Taliban. Pada saat yang sama, Biden juga menetapkan 31 Agustus 2021 sebagai tenggat waktu penarikan militer, dengan catatan menyisakan 650 tentara untuk mengamankan kedutaan AS di Kabul.

"Kami mencapai tujuan itu, itu sebabnya kami pergi,” kata Biden, merujuk pada keberhasilan membunuh Osama bin Laden sebagai dalang serangan 9/11.

“Kami tidak pergi ke Afghanistan untuk membangun suatu bangsa. Itu adalah hak dan tanggung jawab rakyat Afganistan sendiri untuk memutuskan masa depan mereka serta bagaimana mereka ingin menjalankan negara mereka," ujar Biden, sebagaimana diberitakan Reuters.

Saat Taliban berhasil menguasai Kabul dan kota lainnya, Joe Biden mengatakan kehadiran militer AS tidak akan membuat perbedaan apabila militer Afghanistan tidak ingin mempertahankan negaranya sendiri.

“Satu tahun atau lima tahun lagi, kehadiran militer AS tidak akan membuat perbedaan jika militer Afghanistan tidak dapat atau tidak ingin mempertahankan negaranya sendiri. Kehadiran AS tanpa akhir di tengah negara dengan konflik sipil adalah hal yang tidak dapat saya terima,” kata Biden saat Taliban kuasai Kabul.

Baca Juga: Tiba dengan Selamat, Ini Kronologi Evakuasi 26 WNI dari Afghanistan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya