MIT Belum Tuntas Diberantas, Ini Alasan Moeldoko
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, mengatakan kelompok teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) belum bisa ditumpas secara tuntas karena medan tempat mereka bersembunyi sangat sulit dijangkau.
"Medannya di sana yang gunungnya itu berlapis-lapis seperti itu memang tidak mudah, apalagi mereka dalam jumlah yang kecil," kata Moeldoko dalam keterangan pers di Kantor Staf Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (1/12/2020).
1. Kelompok MIT cepat bermanuver dan bisa berbaur dengan masyarakat
Selain medan yang sulit, faktor lain yang membuat kelompok MIT belum bisa diatasi karena mereka bisa bermanuver dengan cepat dan bisa berbaur dengan masyarakat.
"Dia (MIT) punya manuver yang cepat, karena dia sudah tahu daerah operasi mereka sendiri. Itu juga salah satu kesulitan yang dihadapi pasukan yang diturunkan ke sana, tapi Panglima sudah menyiapkan pasukan khusus untuk menghadapi itu," ucap Moeldoko.
Baca Juga: Mahfud MD: Satgas Operasi Tinombala Akan Kejar dan Kepung Teroris MIT
2. Moeldoko ajak Panglima TNI atur langkah-langkah penangkapan kelompok MIT
Terkait penangkapan MIT usai peristiwa di Sigi, Sulawesi Tengah, Moeldoko mengaku sudah mengajak Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk berdiskusi. Mereka membahas tentang langkah-langkah ke depan dalam penangkapan MIT.
"Alhamdulillah kemarin sudah disiapkan pasukan khusus ke sana. Intinya bahwa saya tahu persis medan di sana, medannya, gunungnya berlapis-lapis, itu sangat luas. Hutannya masih cukup lebat dan masyarakat itu tinggal cukup berjauhan, sehingga untuk menjaga rasa aman mereka tidak mudah," ujar mantan Panglima TNI itu.
3. Dalam mengatasi teroris, kolaborasi TNI-Polri sangat dibutuhkan
Menurut Moeldoko, dalam menghadapi terorisme, maka pasukan yang diturunkan harus gabungan dari Polri dan TNI. Karena kepolisian dan TNI memiliki keterbatasan masing-masing di lapangan, sehingga akan lebih mumpuni jika digabungkan.
Editor’s picks
"Kolaborasi antara TNI dengan kepolisian yang lebih baik lagi itu diperlukan. Karena apa? Karena memang masing-masing punya batas kemampuan untuk menghadapi situasi yang sangat variabel daerah operasi itu," jelas Moeldoko.
4. Jokowi perintahkan Kapolri dan Panglima TNI usut tuntas teroris MIT
Sebelumnya, Presiden Joko "Jokowi" Widodo memerintahkan Kapolri Jenderal Pol Idham Azis dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk mengatasi serang teror yang terjadi di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat (27/11/2020) lalu. Ia meminta Kapolri untuk mengusut tuntas pelaku teror hingga ke akarnya.
"Saya sudah memerintahkan kapolri mengusut tuntas jaringan pelaku dan membongkar jaringan itu sampai ke akarnya," ujar Jokowi daa keterangan persnya yang disiarkan di channel YouTube Sekretariat Presiden, Senin (30/11/2020).
Tidak hanya Kapolri, Jokowi juga memerintahkan Panglima TNI agar mengerahkan pasukannya menjaga kawasan aksi teror.
"Saya juga telah memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI untuk meningkatkan kewaspadaan," ujar Jokowi.
Terkait aksi teror tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengutuk keras. Ia mengatakan aksi pembantaian tersebut adalah tindakan tidak beradab di luar batas kemanusiaan.
"Saya mengutuk keras tindakan-tindakan di luar batas kemanusiaan dan tidak beradab yang menyebabkan 4 orang saudara-saudara kita meninggal dunia dalam aksi kekerasan yang terjadi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah," kata Jokowi.
5. Aksi teror yang dilakukan MIT di Sigi tewaskan empat orang
Sebagai informasi, telah terjadi Kasus pembunuhan empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat (27/11/2020) yang menggegerkan publik. Adapun korban merupakan satu keluarga, terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya yang tewas dalam kondisi mengenaskan.
Selain korban jiwa, sejumlah bangunan juga dibakar oleh pelaku. Salah satunya adalah bangunan yang sering digunakan warga untuk tempat beribadah.
Menurut polisi, pelaku pembunuhan diduga merupakan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora. Kelompok ini awalnya dipimpin oleh Santoso yang tewas dalam baku tembak dengan personel Operasi Tinombala di Poso pada 18 Juli 2016. Lalu, posisinya digantikan oleh Ali Kalora.
Baca Juga: Setahun Jokowi, Dahlan Iskan: Saya Sebetulnya Kasihan Sama Pak Jokowi