Presiden PKS Blak-blakan soal Strateginya Melawan Jokowi

Partai oposisi berharap ada dua poros

Jakarta, IDN Times - Menjelang Pilpres 2019, partai-partai mulai menyiapkan strategi untuk menaikkan elektabilitas partai agar memenangkan pesta demokrasi. Seperti yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan strateginya melawan Joko 'Jokowi' Widodo pada Pilpres 2019, adalah dengan mengulang strategi Pilkada DKI Jakarta 2017. Partai koalisi PKS pun berharap banyak calon alternatif yang muncul, sehingga Pilpres 2019 akan dilakukan dua putaran.

Sohibul sempat menyarankan kepada partai di luar koalisi Jokowi untuk membentuk dua poros. Sehingga, dari terbaginya poros tersebut, akan memunculkan tiga pasangan calon, di mana, dua di antaranya melawan Jokowi pada Pilpres mendatang.

1. Formula Pilkada DKI 2017 sangat cocok untuk Pilpres 2019

Presiden PKS Blak-blakan soal Strateginya Melawan JokowiIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Sohibul menjelaskan partai oposisi tersebut memiliki formula tersendiri untuk mengalahkan Jokowi pada Pilpres 2019. Mereka berharap Pilpres bisa seperti Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan memunculkan tiga pasangan calon.

"Ya kami begitu (seperti Pilkada DKI 2017). Saya kira itu formula yang bisa membuat happy semuanya," ucap Sohibul di Kantor DPP PKS, Simantupang, Jakarta Selatan, Senin (9/7).

2. Meniru Pilkada 2017, partai di luar koalisi Jokowi harus bentuk dua poros

Presiden PKS Blak-blakan soal Strateginya Melawan JokowiIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Menurut Sohibul sejak awal dirinya sudah mengusulkan agar koalisi melawan Jokowi bisa memakai strategi Pilkada DKI Jakarta 2017. Menurut dia, apabila partai yang belum bergabung dengan koalisi Jokowi tak berani membuat gebrakan poros baru, maka yang tampil hanya dari koalisi Jokowi.

"Kalau kita dari awal melawan Pak Jokowi dengan satu formula, itu kan yang tampil cuma dua orang, Tentu ada pihak-pihak yang kemudian aspirasinya tidak tertampung kan," kata dia.

Oleh karena itu, Sohibul mengusulkan agar partai yang belum bergabung dengan koalisi Jokowi, membentuk dua poros sendiri. Kemudian dari terpecahnya poros tersebut, bisa memunculkan dua pasangan calon penantanh Jokowi.

"Maka saya usulkan tahap pertama kita lakukan dua poros, supaya muncul empat orang. Berarti empat partai terakomodasi," jelas dia.

3. Putaran pertama memberi kesempatan kepada kandidat yang penasaran menjadi capres dan cawapres

Presiden PKS Blak-blakan soal Strateginya Melawan JokowiIDN Times/Vanny El Rahman

Setelah membentuk dua poros di luar koalisi Jokowi, lanjut dia, maka nanti bisa dilakukan dua putaran seperti Pilkada DKI 2017. Setelah putaran pertama, lalu partai di luar Jokowi bisa saling mendukung.

"Misalnya saya usulkan ada poros Gerindra-PKS, ada poros Demokrat, PAN, dan PKB. Nanti kan akan ada dua putaran. Ini kalkulasi kita mesti dua putaran. Nah, di putaran kedua baru kita saling dukung," ujar Sohibul.

"Jadi putaran pertama itu menghilangkan kepenasaranan lah yang merasa wajar jadi capres, penasaran sudah dikasih di ronde pertama. Siapa yang paling hebat, nah itu nanti," dia menambahkan.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya