Jakarta, IDN Times - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) merilis laporan lengkap terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan setebal 166 halaman ke publik. Salah satu temuan penting TGIPF yakni, adanya rekaman CCTV yang merekam area lobi utama dan area parkir, sebagian dihapus. Hal itu, kata TGIPF, menyulitkan atau menghambat tugas mereka dalam menggali fakta.
Rekaman CCTV itu menjadi saksi bisu pergerakan awal rangkaian Baracuda yang melakukan evakuasi tim Persebaya usai mengalahkan Arema FC dengan skor 3-2.
"Tetapi, rekaman CCTV tersebut mulai dari pukul 22.21.30 dapat terekam dengan durasi selama 1 jam 21 menit. Selanjutnya, rekaman hilang (dihapus) selama 3 jam, 21 menit, 54 detik. Kemudian muncul kembali rekaman selama 15 menit. Hilangnya durasi rekaman CCTV menghambat tugas TGIPF untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi," demikian isi dokumen TGIPF dengan judul "Laporan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang" yang dikutip dari halaman 99.
Mereka mengaku sedang mengupayakan agar dapat diberikan rekaman CCTV lengkap melalui Mabes Polri. Di dalam laporan tersebut, TGIPF tak menyebut siapa pihak yang diduga menghapus sebagian rekaman CCTV itu.
Di dalam laporan itu, TGIPF Kanjuruhan menyebut kematian massal di stadion milik Arema FC itu disebabkan adanya tembakan gas air mata. Senapan gas air mata dibawa oleh tim Sabhara Brimob dan Samapta Polres Malang.
Berdasarkan pengamatan melalui CCTV yang berada di papan skor, tembakan gas air mata pertama dilakukan oleh petugas keamanan satuan Brimob dari Porong. Mereka berada di sektor Ring I depan tribun nomor 13.
"Tembakan dilakukan berkali-kali. Terlihat kurang lebih 7 kali pada tembakan pertama. Situasi pada saat itu, aparat keamanan tidak dalam keadaan terancam namun masih menembakan gas air mata," kata TGIPF.
Tembakan, kata TGIPF, tak hanya diarahkan ke dalam lapangan, tetapi juga ke arah tribun suporter. Dari rekaman CCTV, juga diketahui unsur pengamanan dari SSK Brimob dan Dalmas Polres terus menembakan gas air mata secara berturut-turut ke arah tribun nomor 10, 11, 12, dan 13. Situasi diperparah dengan kondisi angin yang bertiup ke arah selatan.
"Maka, asap gas air mata bergerak menuju ke arah tribun penonton nomor 3 dan 13," tutur mereka.
Apalagi temuan penting lainnya dari TGIPF Kanjuruhan?