Anggota PPIH Arab Saudi, Warijan, saat menyambut Mbah Sumbuk di Bandara Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (17/5/2025)
Salah satu petugas haji, Warijan, mencoba menghibur Mbah Sumbuk dengan mengajak ngobrol. Saat mengetahui Warijan juga berasal dari Kebumen, wajah Mbah Sumbuk pun semringah.
“Kowe wong Kebumen, le?”
“Inggih, Mbah. Nyong asli Kebumen,” jawab Warijan, tersenyum hangat.
Tanpa ragu, Mbah Sumbuk langsung menggenggam tangan Warijan. “Yo wis, melok nyong wae yo nang Makkah (Yaudah, ikut saya saja ke Makkah). Bareng-bareng wae, le (bareng-bareng aja)," pintanya.
Warijan membalas dengan lembut, “Duh, Mbah… kula tugase namung neng bandara (Duh, mbah, saya bertugas di bandara). Wis, tenang, Mbah (Udah, Mbah tenang saja). Mengko nang Makkah akeh kancane (nanti di Makkah banyak temannya), aku sing nemenin, mbah (saya yang akan menemani, mbah). Ana wong Kebumen (ada orang Kebumen). Mbah bakal keprungu karo sedulur-sedulur (Mbah akan bertemu kerabat)," kata Warijan.
"Bagaimana persasaannya mbah, sudah sampai di tanah suci?" tanya Warijan.
"Ya nyong wong tua ya campur-campur (saya orang tua ya perasaannya campur aduk)," ucap Mbah Sumbuk.
Di tengah obrolan santai itu, cuaca Jeddah yang terik mulai terasa. Mbah Sumbuk tampak kehausan dan meminta air minum.
“Aku pan ngombe, le (aku minta minum),” pintanya pelan, dan segera dilayani petugas.
Untuk perjalanan menuju Makkah, Mbah Sumbuk disiapkan bus khusus yang dilengkapi lift hidrolik. Kursi rodanya langsung diangkat ke dalam bus tanpa perlu dipindahkan. Semuanya dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kehormatan sebagai tamu Allah.