Kisah Haru Jemaah Haji Disabilitas yang Bersemangat Menuju Tanah Suci

- Ali Ismail, jemaah haji penyandang disabilitas asal Ternate, Maluku Utara, menunaikan ibadah haji di usia senja dengan semangat yang luar biasa.
- Petugas haji Indonesia memberikan pelayanan tulus dan kasih sayang kepada Ali, menunjukkan komitmen untuk memastikan jemaah dengan kebutuhan khusus mendapat perlakuan terbaik.
- Kementerian Agama melalui program inklusifnya memastikan jemaah haji dengan keterbatasan fisik tetap mendapat pelayanan terbaik, bahkan melibatkan penyandang disabilitas sebagai petugas haji.
Madinah, IDN Times - Ali Ismail, jemaah haji asal Ternate, Maluku Utara, merasa sangat bersyukur akhirnya bisa menunaikan ibadah haji tahun ini. Di usia senja dan keterbatasan fisiknya, Ali tetap bersemangat mengamalkan rukun iman kelima.
Ali adalah penyandang disabilitas fisik berusia 67 tahun, yang kini telah tiba di kota Madinah, Arab Saudi, sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah untuk menunaikan puncak haji.
1. Ali ingin menyempurnakan ibadah haji

Perjalanan panjang itu tidak mudah. Sejak dari embarkasi di tanah air hingga tiba di Madinah, Ali selalu ditemani semangat dan pelayanan tulus dari petugas haji Indonesia. Ia ingin menyempurnakan ibadah haji di tengah keterbatasan fisiknya.
"Saya hanya ingin bertemu Allah di tempat paling mulia ini," ucapnya, dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca saat tiba di halaman Masjid Nabawi, Kamis, 17 Mei 2025.
2. Semangat Ali untuk beribadah tak pernah surut

Meski berjalan dengan alat bantu, semangat Ali untuk beribadah tak pernah surut. Ia berjuang setiap hari menuju Masjid Nabawi dari hotel tempat ia menginap. Ia beberapa kali harus berhenti, duduk sejenak untuk melepas lelah.
Petugas haji yang siaga senantiasa mendampingi, mendorong kursi roda, menyemangati, dan memastikan semua kebutuhannya terpenuhi. Mereka bukan sekadar melayani, tetapi menghadirkan kasih sayang sebagaimana keluarga sendiri.
"Kami merasa seperti sedang membantu orang tua kami sendiri," ujar salah satu petugas dengan mata berkaca-kaca.
3. Haji ramah lansia dan disabilitas

Sesuai tagline atau semboyan haji tahun ini, Ramah Lansia dan Disabilitas, kisah Ali Ismail menjadi simbol kuat ibadah haji bukan hanya milik yang sehat dan kuat. Kementerian Agama (Kemenag) melalui program inklusifnya, terus memastikan agar jemaah dengan kebutuhan khusus tetap mendapat pelayanan terbaik.
Fasilitas seperti kursi roda, pendamping khusus, hingga infrastruktur ramah difabel, telah disiapkan di berbagai titik layanan. Komitmen ini menunjukkan negara hadir untuk semua warganya dalam meraih impian spiritual tertinggi.
"Keberangkatan Pak Ali adalah bukti bahwa keterbatasan fisik tidak membatasi kedekatan dengan Allah," ungkap salah satu petugas Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Jemaah Haji (PKP2JH).
4. Ketua Komnas Disabilitas turut serta sebagai petugas PPIH Arab Saudi

Kementerian Agama (Kemenag RI) berkomitmen melibatkan penyandang disabilitas sebagai petugas haji, sebagai bagian upaya mewujudkan ibadah haji 2025 yang inklusif. Bahkan, Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND), Dante Rigmalia, dan Wakil Ketua (Waketu) KND, Deka Kurniawan, juga turut serta sebagai petugas haji 2025.
Dante yang juga seorang penyandang disabilitas, menyampaikan apresiasi terhadap Kemenag yang telah memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas, untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan haji.
“Terima kasih telah diberikan kesempatan bagi kami penyandang disabilitas untuk menjadi petugas haji, dan ikut berperan menyukseskan penyelenggaraan haji,” ujar Dante saat bertemu dengan Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muchlis M. Hanafi, di Makkah, Minggu, 11 Mei 2025.
Muchlis mengatakan pelayanan terbaik bagi jemaah haji lansia dan penyandang disabilitas merupakan sumber keberkahan.
“Mereka adalah dhuafa, dalam arti memiliki keterbatasan dan memerlukan dukungan dari sekitarnya,” ujarnya.
Muchlis berharap, kehadiran Komisi Nasional Disabilitas sebagai bagian PPIH Arab Saudi, dapat memberikan perspektif kepada petugas lain terkait pelayanan bagi lansia dan disabilitas. Dalam penyelenggaraan haji ini, Dante Rigmalia dan Deka Kurniawan bertugas memberikan edukasi kepada petugas terkait pelayanan ramah lansia dan disabilitas.
"Kami berharap kehadiran rekan-rekan KND dapat memperkuat inklusivitas layanan haji Indonesia yang ramah lansia dan disabilitas," tegas Muchlis.
Dante juga mengapresiasi Kemenag yang mengusung jargon Ramah Lansia dan Disabilitas. Mereka memuji berbagai upaya Kemenag untuk melayani dan memenuhi kebutuhan jemaah haji lansia dan disabilitas, sehingga mereka dapat berhaji dengan nyaman, aman, dan tetap sah secara syariat.
Salah satu upaya signifikan adalah penerapan skema murur, safari wukuf, dan tanazul dalam pelaksanaan puncak haji bagi jemaah haji yang sakit, lansia, dan disabilitas saat di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
“Terobosan ini menunjukkan perspektif yang kuat dan keberpihakan yang tinggi dalam memenuhi hak penyandang disabilitas,” ujar Dante.