Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Penelantaran Anak di Kebayoran
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi kembali mengunjungi M (7), anak yang ditelantarkan orang tuanya di Pasar Kebayoran Lama, kini masih dirawat di RS Polri (Dok. KemenPPPA)

Intinya sih...

  • AMK memiliki kembaran di Jawa Timur, kondisinya sehat secara fisik namun mengalami trauma psikologis akibat kekerasan yang dialaminya.

  • AMK pernah sekolah di TK M di Balongbendo, polisi mendapat identitas korban dari TK tersebut dan menemukan informasi korban bersama tersangka EF.

  • Ibu AMK tidak menyadari bahwa Ayah Juna atau EF berjenis kelamin perempuan, EF bahkan membangun profil palsu dengan identitas dan pekerjaan fiktif untuk meyakinkan keluarga korban.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Asisten Deputi Penyediaan Layanan Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Ciput Eka Purwianti, mengaku tak mudah menyusun informasi dari AMK, 9 tahun, bocah yang ditemukan terlantar di depan kios Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada 11 Juni 2025.

Seiring dengan berjalannya waktu dan upaya merangkai kepingan informasi dari AMK, kasus ini mulai menunjukkan titik terang. Dengan potongan ingatan ala anak-anak, AMK membawa polisi dan pemerintah kepada dua nama pelaku, yang dekat dengannya, yakni EF alias YA, 40 tahun, yang kerap disapa ayah Juna oleh AMK. EF bukan seorang sosok ayah, namun pasangan sesama jenis ibu kandung korban, SNK, 42 tahun.

"Tapi kami gak mudah untuk menemukan itu, jadi beberapa kali teman-teman crosscheck, misalnya nama desa yang disebut oleh AMK dengan ciri-ciri fisik, kondisi sekitar satu tempat yang dia sebutkan, itu gak cocok," kata Ciput kepada IDN Times, Selasa (16/9/2025).

1. Perlahan AMK mulai bercerita dan ternyata dia punya kembaran

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi kembalimengunjungi M (7), anak yang ditelantarkan orang tuanya di Pasar Kebayoran Lama, kini masih dirawat di RS Polri (Dok. KemenPPPA)

Ciput menceritakan, seiring kondisi medis dan fisik yang membaik, AMK semakin ceria dan mulai menceritakan pengalaman dengan konsisten, menyebut sejumlah nama, sekolah, guru, hingga teman bermain.

Informasi ini kemudian ditelusuri penyidik melalui jaringan kepolisian di Jawa Timur. Titik terang muncul sekitar dua minggu lalu, dengan kepastian terkuat seminggu terakhir, saat informasi yang diperoleh terbukti jelas dan sesuai dengan hasil penyelidikan.

Dari sini juga diketahui, AMK mempunyai kembaran, S, yang tinggal di Jawa Timur. KemenPPPA menyatakan kondisi kembaran AMK sehat secara fisik, namun mengalami trauma psikologis, akibat menyaksikan kekerasan yang dialami AMK hingga keduanya terpisah.

2. AMK mengaku pernah sekolah di TK M di Balongbendo

Bareskrim Polri menangkap orang tua dari seorang anak perempuan berusia sembilan tahun berinisial AMK yang ditemukan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (11/6/2025).

Informasi ini didapat dari rangkaian cerita AMK yang belakangan mengaku pernah sekolah di TK M di Balongbendo. Dari informasi tersebut, Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak menyelidiki ke lokasi.

Penyidik akhirnya mendapat identitas korban dari sekolah TK yang berada di Sidoarjo ini. Polisi kemudian mencari informasi ke PT KAI dan mendapati ada identitas korban bersama tersangka EF, yang naik kereta api dari Stasiun Surabaya.

Ciput menjelaskan, AMK selama ini diasuh ibunya bersama pasangan sesama jenisnya itu yang dipanggil ayah.

"Sampai sejauh ini kami tidak mendeteksi adanya disorientasi seksual atau penyimpangan melihat kondisi ibunya dan pasangannya, dan dia masih tetap memahami bahwa dia adalah anak perempuan," kata dia.

3. Ibu AMK tak sadar ayah Juna atau EF berjenis kelamin perempuan

Bareskrim Polri menangkap orang tua dari seorang anak perempuan berusia sembilan tahun berinisial AMK yang ditemukan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (11/6/2025).

Dalam proses pendalaman, keluarga ibu AMK sebenarnya tidak menyadari ayah Juna atau EF berjenis kelamin perempuan. Saat berkenalan dengan keluarga, EF mengaku sebagai laki-laki dengan nama yang konsisten disebut AMK dalam ceritanya. Dia bahkan membangun profil palsu dengan identitas dan pekerjaan fiktif untuk meyakinkan keluarga korban.

Ciput menjelaskan ibu korban telah lama berpisah dari suaminya tanpa status cerai resmi. Sejak itu, ibu korban bersama EF hidup berpindah-pindah, menekuni pekerjaan berbeda, mulai dari juru panggul hingga bekerja pada seorang dokter, sementara ibu korban berjualan makanan.

Editorial Team