Pergerakan mahasiswa di Makassar sebenarnya sudah dimulai sejak 5 tahun sebelum reformasi. Namun, gerakan ini sifatnya masih terselubung karena kekangan penguasa. Berbagai upaya untuk berpendapat dilakukan oleh mahasiswa. Salah satu yang dilakukan adalah dengan membentuk lembaga pers mahasiswa. Namun mereka menamainya Media Mahasiswa karena penggunaan nama Pers saat itu dilarang oleh Departemen Penerangan.
Media mahasiswa inilah yang disebut menjadi menjadi cikal bakal pergerakan mahasiswa di Makassar dan menjalar ke Yogyakarta, Surabaya, Palembang bahkan Jakarta. Lewat media mahasiswa, para civitas akademik mulai bisa mengkritisi kepemimpinan Soeharto. Puncaknya pada tahun 1996. Protes keras disuarakan mahasiswa di Makassar terutama Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dan Universias 45 Makassar.
IDN Times pun mencoba menggali informasi dari seorang aktivis 1998 asal Makassar, Zulkifli Tahir. Ia masih mengingat betul kejadian pada 24 April 1996 yang terkenal dengan nama April Makassar Berdarah (AMARAH ). Saat itu, ia mengaku sedang duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA). "April berdarah itu terjadi bentrokan antara mahasiswa UMI yang demo menutup jalan dengan aparat. Mengakibatkan tiga korban jiwa meninggal, ini yang menjadi protes keras sebelum kejadian di Medan dan Jakarta untuk meminta Soeharto lengser" ujarnya saat ditemui di Makassar, Jumat (5/5).
Tiga korban tewas antara lain, Syaiful Bya, (21) mahasiswa teknik arsistektur UMI. Ia ditemukan meninggal di sungai Pampang, dengan luka memar di bagian dada dan belakang seperti bekas pukulan pada 24 April 1996. Kemudian Andi Sultan Iskandar (21) mahasiswa ekonomi akuntansi UMI yang meninggal dengan luka pada dada bagian kiri bekas tusukan benda tajam. Terakhir adalah Tasrif, (21) mahasiswa ekonomi studi pembangunan UMI, meninggal akibat benda keras dan dibunuh kemudian ditenggelamkan di sungai Pampang.