Gawat! Pasien ISPA di Jakarta Tembus 200 Ribu akibat Polusi Udara

Klaim BPJS Kesehatan juga berpotensi naik

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan menyebutkan jumlah pasien yang terinfeksi saluran pernapasan akut atau ISPA di Jakarta akibat polusi udara, mengalami peningkatan hingga 40 persen dibandingkan posisi sebelum COVID-19.

"Pasien ISPA sebelum COVID-19 mencapai 50 ribu pasien, tapi saat ini jumlahnya naik hingga 200 ribu pasien. Itu akibat dari polusi udara," ujar Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, kepada wartawan usai menghadiri ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting and Related Meetings di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Peringkat Ketiga Dunia Hari Ini, Aduh

1. Kemenkes atasi penyakit akibat polusi udara dari hulu ke hilir

Gawat! Pasien ISPA di Jakarta Tembus 200 Ribu akibat Polusi Udarailustrasi polusi udara pekat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Menurut Menkes ada lima penyakit pernapasan atau respirasi berat, yakni penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkoliosis, dan asma.

Untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul akibat polusi udara, Kemenkes akan bergerak di sisi hilir, yakni kesiapan medis, penanganan pasien dan kesehatan warga, bukan di sisi hulu atau sumber penyebabnya.

"Jadi posisi saya adalah meng-encourage agar sektor-sektor di hulu, yaitu ada sektor energi transportasi lingkungan hidup supaya bisa memperketat emisi partikel-partikel ini, sehingga kita yang di hilir itu tekanannya berkurang," ujar Menkes.

Bahkan, berdasarkan data Global Burden Diseases 2019 Diseases and Injuries Collaborators, menunjukkan PPOK terdapat 209 kejadian dengan 3,2 juta kematian, Pneumonia 6.300 kejadian dengan 2,6 juta kematian, kanker paru 29 kejadian dengan 1,8 juta kematian, tuberkulosis 109 kejadian dengan 1,2 juta kematian, dan asma 477 kejadian dengan 455 ribu kematian.

2. Penyakit pernapasan beri beban tambahan ke BPJS

Gawat! Pasien ISPA di Jakarta Tembus 200 Ribu akibat Polusi Udarailustrasi konsultasi menggunakan BPJS Kesehatan (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Tak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, penyakit respirasi atau pernapasan akibat polusi udara, dapat memberikan tekanan pada anggaran BPJS untuk menanggung biaya pengobatan penyakit akibat polusi udara.

"Lima penyakit pernapasan atau respiratory desases tahun lalu total klaim di BPJS mencapai Rp10 triliun, dan tahun ini berpotensi (klaimnya) lebih banyak, karena pasien yang terkena penyakit ISPA bertambah," jelas Menkes.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, selama 2018-2022, anggaran yang ditanggung untuk penyakit respirasi mencapai angka signifikan, dan memiliki kecenderungan peningkatan tiap tahunnya. Pneumonia menelan biaya Rp8,7 triliun, tuberkulosis Rp5,2 triliun, PPOK Rp1,8 triliun, asma Rp1,4 triliun, dan kanker paru Rp766 miliar.

Baca Juga: Ini Biang Kerok Polusi Udara Jabodetabek Temuan Satgas KLHK

3. Kualitas udara masih buruk

Gawat! Pasien ISPA di Jakarta Tembus 200 Ribu akibat Polusi Udarailustrasi polusi udara (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Kualitas udara di Jakarta masih buruk. Pada Kamis (24/8/2023) pagi, DKI Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor dua di dunia.

Dikutip dari laman IQAir pukul 08.00 WIB, US air quality index (AQI US) atau indeks kualitas udara di Jakarta tercatat di angka 160. Berdasarkan tingkat polusi, DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat. 

Topik:

  • Rochmanudin
  • Eddy Rusmanto

Berita Terkini Lainnya