UNESA Jamin Fasilitasi Mahasiswa Difabel Sampai Lulus

Rektor UNESA, Prof. Dr. Nurhasan M.Kes menyampaikan bahwa UNESA telah mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dalam pelaksanaan sistem belajar mengajar bagi penyandang disabilitas. Untuk mempeloporinya, UNESA menyelenggarakan kegiatan menyanyikan lagu kebangsaan dengan bahasa isyarat yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa tahun ajaran 2018-2019.

“Selama ini belum ada yang menyanyikan lagu kebangsaan dengan bahasa isyarat, jadi kami memang sengaja mempelopori hal ini, anak-anak diajar menggunakan bahasa isyarat semua supaya lebih peduli dengan teman-temannya yang punya keterbatasan, jadi gak ada yang dibedakan di sini, kami akan bimbing mereka sampai lulus tepat waktu,” kata Nurhasan.

UNESA berkomitmen untuk membantu memfasilitasi semua anak penyandang disabilitas untuk bisa belajar sampai lulus. Segala persiapan telah dilakukan mulai dari pembangunan, sampai para pengajar yang dipercayakan semuanya sudah siap membimbing anak-anak difabel tersebut.

Gedung belajar mengajar Universitas Negeri Surabaya juga sudah dibangun dan dirancang ramah terhadap penyandang disabilitas. Untuk segala proses pembangunan tersebut, mereka telah menerima anggaran khusus dari pemerintah.

UNESA sendiri, tahun ini menerima 14 mahasiswa baru dari kalangan difabel. Mereka terdiri dari penyandang tunanetra, tunadaksa dan tunagrahita yang tersebar di seluruh fakultas dan jurusan Universitas Negeri Surabaya. Mereka diperkenankan untuk menggunakan seluruh fasilitas yang sama dengan anak lainnya secara mudah sesuai dengan karakteristik mereka masing-masing. Nurhasan juga menyampaikan bahwa secara infrastruktur UNESA telah memiliki kesiapan sampai 99 persen dalam merealisasikan kesetaraan pendidikan lewat sediakan fasilitas bagi difabel.

Hal ini pun diapresiasi oleh mahasiswa difabel. “Menurutku ini sangat membantu sekali, jadi aku bisa belajar yang sama dengan apa yang temanku pelajari. Udah gitu kan gak ada diskriminasi, jadi aku bersyukur ada yang mau memfasilitasi kami seperti ini,” kata Mahfud, mahasiswa baru jurusan Pendidikan Luar Biasa yang merupakan seorang tuna netra.

Yang lebih menarik, proses perkuliahan bagi penyandang disabilitas juga digabung dengan mahasiswa lain. “Kami percaya bahwa penyandang disabilitas memiliki kompetensi lebih dalam dirinya. Dia bukan hanya bisa mandiri, tapi juga bisa berguna bagi lingkungannya. Nantinya dia tidak akan bergantung lagi dengan orang-orang di sekelilingnya, makanya memang harus diperlakukan sama,” kata Nurhasan.

Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita yang lebih mampu untuk membuka jalan bagi mereka. Mari jadikan Indonesia menjadi rumah yang lebih baik dengan menjadi lebih peduli terhadap sesama.