Bupati Tangerang Gelar Ronda Pemuka Agama Pasca-Persekusi Biksu Mulyanto
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Biksu Mulyanto Nurhalim bersama umatnya baru-baru ini dilarang beribadah di Desa Babat, Kecamatan Legok, Tangerang, Banten. Mulyanto diusir warga dari rumahnya, dan bahkan dianggap mengajak umat lain masuk ke agamanya.
Pemerintah Kabupaten Tangerang pun kini bersiaga, untuk mencegah terulangnya kasus yang sama sekaligus meredakan ketegangan di wilayah itu.
1. Bupati Tangerang menggelar ronda
Untuk mengurangi ketegangan itu, Bupati Tangerang Ahmed Zaky menggelar ronda. Aparat setempat seperti kepolisian ditugaskan untuk memantau lokasi-lokasi yang dianggap rawan konflik.
"Kita adakan ronda dan pemantau an oleh aparat kecamatan, babinkamtibmas dan binamas lgs ke rmh kiai2 dan alim ulama di kab tng secara bergiliran, sampai kegelisahan-kegelisahan ini mereda," ujar Zaky kepada IDN Times, Rabu (14/2).
Baca juga: Pelaku Penyerangan Gereja Lidwina Terpengaruh Radikalisme?
2. Pengamanan pada pemuka agama
Editor’s picks
Zaky mengatakan pihaknya juga melakuan pengamanan pada pemuka-pemuka agama, untuk mencegah terulangnya kasus kekerasan pada Biksu Mulyanto.
"Pengamanan berlaku sama ke semua pemuka agama," kata dia.
3. Mengumpulkan pemuka agama
Selain dua hal di atas, Zaky menyebutkan, pihaknya juga tengah disibukkan dengan mengumpulkan tokoh atau pemuka agama, untuk meredakan ketenganan ini.
Aksi persekusi menimpa Biksu Mulyanto Nurhalim di Desa Babat, Tangerang, Banten, pada 4 Februari lalu. Mulyanto diminta meninggalkan rumahnya, karena rumahnya dianggap sebagai tempat beribadah. Ia juga dituding menyebar ajaran agama Buddha di desa itu.
Namun, Bupati Tangerang Ahmad Zaky menegaskan penggerebekan yang menimpa Biksu Mulyanto tidak menggambarkan Desa Babat secara keseluruhan. Justru di Tangerang masih banyak terdapat vihara dan klenteng, dengan kata lain nilai-nilai toleransi masih dijunjung di kota ini.
Baca juga: Walau Ada Insiden Pengusiran Biksu, Tangerang Tetap Klaim Kota yang Toleran