Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pelaksanaan MBG di salah satu sekolah dasar di Kota Balikpapan. (IDN Times/Erik Alfian)
Pelaksanaan MBG di salah satu sekolah dasar di Kota Balikpapan. (IDN Times/Erik Alfian)

Intinya sih...

  • UNICEF mencatat 85 juta anak putus sekolah, 52 persen di antaranya adalah perempuan.

  • 17 persen dari total anak yang tidak bersekolah merupakan pengungsi, dan 70 juta anak tidak memiliki akses pendidikan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - UNICEF melaporkan dari total 234 juta anak dan remaja usia sekolah yang terdampak krisis di 60 negara, sekitar 85 juta tidak bersekolah. Dari jumlah tersebut, sekitar 52 persen adalah anak perempuan. Dari 234 juta anak itu diperkirakan dalam waktu tiga tahun angkanya akan bertambah sekitar 35 juta.

Hal ini tercatat dalam laporan Global Estimates 2025 Update yang dirilis Education Cannot Wait (ECW), inisiatif global yang berada di bawah naungan UNICEF.

1. Lima negara menyumbang hampir setengah dari jumlah anak yang tidak bersekolah

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 menjadi salah satu sekolah terbaik di Kota Medan. (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Dalam laporan ini disebutkan, secara global terdapat sekitar 234 juta anak usia sekolah yang hidup di tengah situasi krisis. Separuh di antaranya berada di wilayah Sub-Sahara Afrika kawasan dengan tantangan paling kompleks dalam menjamin hak pendidikan bagi setiap anak.

"Krisis-krisis berkepanjangan di lima negara menyumbang hampir setengah dari jumlah anak yang tidak bersekolah di Sudan, Afghanistan, Ethiopia, Republik Demokratik Kongo, dan Pakistan," demikian keterangan UNICEF, dikutip Selasa (7/10/2025).

2. Sebanyak 17 persen anak pengungsi, dan lebih dari 20 persennya penyandang difabel

Potret rumah sakit Nasser di Gaza pasca serangan udara Israel, Senin (25/8/2025). (x.com/MSF)

Laporan ini juga menyoroti aspek kesetaraan dan inklusi. Anak-anak penyandang difabel termasuk kelompok yang paling tertinggal.

Lebih dari 20 persen dari total anak-anak terdampak krisis yang tidak bersekolah, sekitar 17 juta anak memiliki difabel, dan sekitar 12,5 juta di antaranya hidup di daerah dengan krisis berintensitas tinggi.

3. Anak perempuan ungguli literasi

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 menjadi salah satu sekolah terbaik di Kota Medan. (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Dari sisi capaian belajar, kondisi pendidikan dasar dan menengah juga memprihatinkan. Hampir sepertiga anak usia sekolah dasar di wilayah krisis, sekitar 29 persen tidak bersekolah, dan 47 persen anak usia sekolah menengah atas tidak dapat mengakses pendidikan.

"Hanya 17 persen anak usia sekolah dasar di daerah krisis yang bersekolah dan mencapai kemampuan membaca minimum pada akhir pendidikan dasar," demikian laporan tersebut.

Laporan ini juga mencatat anak perempuan secara konsisten melampaui capaian anak laki-laki dalam kemampuan literasi dasar, dengan proporsi mencapai 52 persen dari kelompok yang mampu membaca pada tingkat minimal.

Editorial Team