Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
getlost.id
getlost.id

Jatim, IDN Times - Bromo merupakan salah satu destinasi unggulan kelas dunia. Peminatnya bukan hanya wisatawan nusantara, melainkan juga mancanegara. Banyak sekali turis asing yang datang ke destinasi wisata ini. Hal itu seperti yang diungkapkan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

Kepala Bidang Pemasaran I Area Jawa Kemenpar Wawan Gunawan juga memastikan bahwa kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru didukung aksesibilitas yang baik. Amenitas pun siap sehingga wisatawan tidak perlu khawatir terkait dengan komponen 3A.

“Kawasan ini biasa diakses melalui Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, dan dilanjutkan perjalanan darat ke Bromo sekitar 2,5 jam. Sementara untuk amenitas, tersedia banyak akomodasi di sekitar lokasi acara. Baik berupa hotel maupun homestay,” tutur Wawan.

1. Eksotika Bromo 2019 destinasi wisata yang pas bagi milenial

instagram.com/pengky_pt

Tak hanya itu, Bromo juga menghadirkan destinasi wisata yang pas bagi milenial, yakni melalui event Eksotika Bromo 2019. Hal tersebut dipertegas Menteri Pariwisata Arief Yahya. Ia mengatakan Eksotika Bromo 2019 sangat pas bagi milenial. Selain artistik, ada banyak hal baru yang ditawarkan di sana. Milenial memiliki space sangat lebar untuk berkreasi.

“Dengan konsep instagramable, Eksotika Bromo akan menarik banyak wisatawan milenial, khususnya dari Asia. Terlebih, Asia memiliki potensi pasar milenial sebesar 57%. Eksotika Bromo menjadi event yang sayang untuk dilewatkan,” tandasnya.

Kini, Eksotika Bromo 2019 kembali digelar dalam memeriahkan Upacara Yadnya Kasada. Keberadaan Upacara Yadnya Kasada tentu akan membawa dampak yang sangat besar bagi Eksotika Bromo 2019.

"Kini, dengan adanya Upacara Yadnya Kasada yang menjadi bagian dari Eksotika Bromo, tentu akan membuat kawasan wisata tersebut makin dikenal luas. Yang untung tentu bukan hanya Jawa Timur, tetapi juga Indonesia," jelas Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

2. Upacara Yadnya Kasada kini jadi daya tarik wisatawan

IDN Times/Kemenpar

Pada saat itu, Puncak Upacara Yadnya Kasada dipusatkan di Pura Poten, Kamis (18/7) dini hari. Sejak Rabu (17/7) sore, satu per satu perwakilan desa dari seluruh kawasan Tengger hadir membawa ongkek. Umumnya, ongkek berisi aneka hasil bumi sebagai persembahan atau sedekah.

Ritual tahunan ini membuat suasana sekitar Pura Poten di area lautan pasir 'hidup' selama 24 jam. Tak hanya suku Tengger, banyak juga masyarakat sekitar dan wisatawan yang hadir. Sebagian dari pengunjung bahkan mendirikan tenda-tenda dan bermalam di sana. Beberapa di antaranya juga membuat perapian untuk mengusir dingin.

Keramaian pengunjung ini dimanfaatkan warga untuk mengais rezeki dengan menggelar dagangan di sekitar lokasi. Jadilah semacam pasar malam yang mayoritas diisi pedagang kuliner. Salah satu sumber menyebut, jumlah pedagang tahun ini membeludak dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun lalu.

"Yadnya Kasada memang event besar, khususnya bagi umat Hindu Tengger. Mereka berkumpul di Puri Poten untuk melakukan berbagai ritual. Seperti puja stuti para dukun pandita sekawasan Tengger, dan pemilihan para dukun atau pemuka adat, sekawasan Tengger," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Sinarto menambahkan, setelah semua ritual di Puri Poten selesai, dilanjut dengan melabuh sesembahan atau sedekah ke kawah Gunung Bromo. "Inilah ritual yang paling ditunggu dan menjadi daya tarik bagi wisatawan," ujarnya.

Untuk sampai ke puncak Bromo, masyarakat harus menempuh perjalanan lebih dari 1 km. Melewati padang dan bukit pasir, hingga akhirnya sampai di anak tangga menuju titik tertinggi Gunung Bromo. Bagi wisatawan yang kelelahan, bisa naik kuda yang disewakan warga dari Puri Poten sampai anak tangga.

Staf Khusus Menpar Bidang Publikasi dan Media Don Kardono menjelaskan, melabuh sesembahan atau sedekah biasa dilakukan umat Hindu Tengger pada rangkaian Upacara Yadnya Kasada. Jenis sedekah pun bermacam-macam, mulai hasil bumi seperti kentang dan kol, kebutuhan sehari-hari, hingga hewan ternak.

"Seiring berjalannya waktu, ritual ini menjadi atraksi menarik bagi wisatawan karena ada sebagian warga yang berburu sedekah. Berbekal alat tangkap, mereka menyongsong semua sedekah yang dilempar ke arah kawah. Ada juga pengunjung yang melempar uang sehingga menjadi rebutan para pemburu sedekah tersebut," bebernya.

Editorial Team