Pemerintah Disebut Plin-Plan Tangani COVID-19, Menkominfo Salahkan WHO
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate membantah pandangan bahwa pemerintah plin-plan dalam menangani pandemik COVID-19. Karena tidak ada satu pun negara yang siap menangani virus corona, dan setiap negara pasti mencoba berbagai macam formula untuk memerangi pandemik.
Bahkan, Johnny menyebut, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga sering menyampaikan pernyataan yang kontradiktif seputar virus corona.
“WHO sendiri responsnya berubah. WHO bilang (awal-awal) cukup tenaga medis yang pakai masker, Menkes juga bilang. Setelah itu ramai-ramai pakai masker dan protokol kesehatan,” kata Johnny dalam webinar yang diselenggarakan Indikator Politik Indonesia, Minggu (18/10/2020).
Baca Juga: Jokowi Minta 12 Kabupaten/Kota Ini Jadi Prioritas Penanganan COVID-19
1. WHO kini tidak merekomendasikan lockdown
Perihal karantina wilayah untuk menekan penularan, politikus Partai NasDem itu bahkan menyebut Presiden Joko "Jokowi" Widodo satu langkah di depan WHO. Sebab, Jokowi dinilai tidak mengorbankan ekonomi atau kesehatan.
Pernyataan itu dilontarkan menyusul ungkapan WHO tidak merekomendasikan lockdown atau penguncian wilayah sebagai satu-satunya solusi menangani pandemik. Dampak negatif dari lockdown menyebabkan ketimpangan dan kemiskinan yang semakin parah.
Padahal, kata Johnny, pada awal pandemik, WHO menekankan urgensi lockdown sebagai langkah memprioritaskan kesehatan dalam melawan COVID-19.
“Makanya, Pak Jokowi dari awal memilih dua-duanya, tidak bisa salah satu, kesehatan pulih, ekonomi bangkit. Pak Jokowi tekankan betul PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), mikro yang terakhir,” kata dia.
2. Ekonomi dan kesehatan tidak bisa dipisahkan
Editor’s picks
Johnny mengatakan, keputusan Jokowi menerapkan PSBB baru terlihat ketika International Monetary Fund (IMF) merilis prediksi ekonomi Indonesia. Ketika seluruh negara mengalami kontraksi ekonomi imbas pandemik, dampak yang dirasakan Indonesia tidak separah negara lain.
“Hanya dua negara yang selamat, yaitu Tiongkok 1,9 persen (pertumbuhan ekonomi), Vietnam 1,7 persen. Indonesia kontraksinya -1,5 persen, Malaysia dan Singapura bahkan sampai -6 persen,” klaim dia, mengutip laporan IMF.
“Ekonomi dan kesehatan saling melengkapi. Rantai COVID-19 diatasi dengan baik melalui kebijakan ketat, lockdown atau WFH (work from home) ketat akan berdampak terhadap ekonomi,” sambung Johnny.
3. Patuhi protokol kesehatan adalah kunci melawan pandemik
Terakhir, Johnny menekankan, jalan tengah untuk masalah kesehatan dan ekonomi adalah mematuhi protokol kesehatan. Kegiatan ekonomi bisa berlangsung sebagaimana mestinya, asalkan pelakunya menggunakan masker, menjaga jarak, dan rutin cuci tangan.
“Kalau protokol kesehatan dilaksanakan dengan disiplin dan tertib oleh semua, secara bersama-sama, niscaya dua kepentingan itu bisa tercapai,” kata dia.
Sebagai informasi, data sebaran COVID-19 per Minggu (18/10/2020) menunjukkan total kasus positif virus corona mencapai 361.867 kasus, dengan angka kematian mencapai 12.511 kasus.
Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times
Baca Juga: Jokowi Klaim Kasus Aktif COVID-19 RI Lebih Baik dari Dunia