Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Wamendagri Imbau Pemda Waspada Kenaikan Harga Emas dan Pangan
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Akhmad Wiyagus (dok. Kemendagri)

Intinya sih...

  • Emas menjadi komoditas yang mendorong inflasi

  • Pemda diminta perhatikan inflasi jelang Nataru

  • Inflasi tertinggi di Sumut, Riau, Aceh, Sumbar

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Akhmad Wiyagus menyebut, inflasi nasional secara year-on-year (yoy) pada Oktober 2025 sebesar 2,86 persen.

Meski masih berada dalam target nasional 1,5 sampai 3,5 persen, pemerintah daerah (pemda) diminta mewaspadai kenaikan harga emas perhiasan dan sejumlah komoditas pangan lantaran komoditas tersebut bisa mengerek inflasi.

1. Emas jadi salah satu komoditas yang mendorong inflasi

Emas Antam. (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Emas menjadi salah satu komoditas yang mendorong inflasi, baik secara tahunan maupun bulanan (month-to-month/mom), akibat lonjakan harga internasional yang signifikan. Dampaknya, harga emas di Indonesia melonjak hingga Rp2.237.000 per gram.

Berdasarkan laporan terbaru World Gold Council, dua dari tiga orang Indonesia memilih emas sebagai instrumen investasi.

“Emas ini menjadi isu pilihan investor Indonesia untuk membangun ketahanan finansial dan menyisihkan dana darurat,” kata Wiyagus pada Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang dirangkaikan dengan Evaluasi Dukungan Pemerintah Daerah dalam Program 3 Juta Rumah secara hybrid di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Senin (24/11/2025).

2. Pemda diminta perhatikan inflasi jelang Nataru

ilustrasi bawang merah (freepik.com/jcomp)

Menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru (Nataru) 2026, pemda juga diminta untuk memperhatikan tren inflasi tahunan, khususnya terkait komoditas yang kerap mengalami kenaikan harga. Berdasarkan data perubahan Indeks Perkembangan Harga (IPH) pada minggu ketiga November, tiga komoditas yang mengalami kenaikan harga di banyak daerah, yakni bawang merah, cabai merah, dan telur ayam ras.

“Jika kita melihat data ini, tentunya pemerintah daerah perlu mewaspadai tren kenaikan harga bahan pangan, dan selalu melakukan monitoring secara terkoordinasi berbasis data yang aktual. sehingga dapat ditentukan upaya ataupun langkah yang tepat dalam menjaga harga komoditas agar tetap stabil. Kemudian dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah masing-masing,” ujarnya.

3. Inflasi tertinggi di Sumut, Riau, Aceh, Sumbar

ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)

Wiyagus juga memberikan atensi kepada pemda dengan inflasi tertinggi, yakni Sumatera Utara (4,97 persen), Riau (4,95 persen), Aceh (4,66 persen), Sumatera Barat (4,52 persen), Sulawesi Tengah (3,92 persen), dan Jambi (3,71 persen). Angka tersebut perlu menjadi perhatian bagi pemda masing-masing untuk menyiapkan langkah antisipatif.

Dia berharap kepala daerah dapat melakukan upaya yang terkoordinasi dan kolaboratif dengan berbagai stakeholder, dengan fokus pada peningkatan produksi komoditas pangan, pemenuhan stok sesuai pola konsumsi masyarakat di daerah, serta penguatan ketahanan pangan untuk mendukung swasembada.

“Tentunya langkah-langkah taktis secara terkoordinasi, ini perlu ditindaklanjuti di lapangan ya. Mungkin dengan cara-cara operasi pasar, atau pun ada pemerintah daerah yang cukup kreatif, dengan membina kerja sama dengan pemerintah daerah lain yang kebetulan komoditasnya agak berlimpah, baik itu dalam satu provinsi maupun yang berada di provinsi lain,” tuturnya.

Acara ini dihadiri oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti; Direktur Jenderal (Dirjen) Perumahan Perdesaan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Imran; Direktur Pengawasan Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Hermawan; serta Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Telisa Aulia Falianty.

Editorial Team