Beras Kembali Jadi Penyelamat, Redam Laju Inflasi Oktober 2025

- Sebagian besar provinsi alami deflasi beras
- Inflasi tercatat 0,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya
- Komoditas pemberi andil inflasi
Jakarta, IDN Times – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, komoditas beras kembali menjadi salah satu faktor peredam inflasi pada Oktober 2025 secara month to month (mtm).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan beras mengalami deflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) yang lebih dalam dibandingkan dengan September 2025. Di sisi lain, beras juga memberikan andil deflasi terhadap inflasi nasional sebesar 0,27 persen.
“Berdasarkan historis, dalam lima tahun terakhir, beras mengalami inflasi pada Oktober 2022 dan 2023. Sementara pada Oktober 2021, 2024, dan 2025 mengalami deflasi,” ungkap Pudji dalam konferensi pers BPS, Senin (3/11/2025).
1. Sebagian besar provinsi alami deflasi beras

Pudji menjelaskan, berdasarkan pemantauan harga di seluruh Indonesia oleh BPS dan Bank Indonesia, tercatat 23 provinsi mengalami deflasi beras, 3 provinsi relatif stabil, dan 12 provinsi lainnya mengalami inflasi.
Deflasi terdalam terjadi di Sulawesi Tenggara yang mencapai 3,44 persen, sedangkan inflasi tertinggi tercatat di Kalimantan Tengah sebesar 1,09 persen. Data tersebut menunjukkan sebagian besar wilayah di Sumatra, Jawa, dan Indonesia bagian timur cenderung mengalami penurunan harga beras. Sementara itu, beberapa provinsi di Kalimantan dan Papua masih mencatatkan kenaikan harga.
Tren penurunan harga beras pada Oktober 2025 ini turut membantu menekan laju inflasi nasional, yang dalam beberapa bulan terakhir sempat terdorong oleh kenaikan harga pangan lainnya.
2. Inflasi tercatat 0,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya

Lebih lanjut, BPS mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2025 mencatat inflasi sebesar 0,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi tercatat sebesar 2,86 persen.
“Pada Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen secara bulanan, yang lebih tinggi dibandingkan inflasi pada September 2025,” kata Pudji.
3. Komoditas pemberi andil inflasi

Kelompok pengeluaran yang turut menyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi sebesar 3,05 persen dan andil inflasi 0,21 persen.
"Komponen yang dominan dorong inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya adalah emas perhiasan sebesar 0,21 persen," ujarnya.
Kemudian komoditas lainnya yang beri andil ke inflasi, yakni cabai merah dengan andil inflasi 0,06 persen, telur ayam ras dengan andil inflasi 0,04 persen dan daging ayam ras dengan inflasi 0,02 persen.
Sementara itu, masih ada komoditas yang masih berikan andil deflasi pada Oktober, yakni bawang merah dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing 0,03 persen, kemudian tomat andil deflasi 0,02 persen, dan beberapa komoditas lainnya seperti beras, kacang panjang dan cabai hijau dengan andil deflasi 0,01 persen.



















