Jakarta, IDN Times - Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) kembali menjadi sorotan ketika isu Nomor Induk Kependudukan (NIK) Presiden Joko "Jokowi" Widodo bocor ke ruang publik.
NIK orang nomor satu di RI yang sudah kadung terekspos sejak lama itu kemudian dimasukan ke dalam aplikasi PeduliLindungi. Hasilnya, publik bisa mengakses sertifikat vaksin atas nama Jokowi meski bukan dari gawai milik presiden.
Isu ini menjadi makin riuh di ruang publik lantaran Jokowi diduga telah menerima dosis ketiga vaksin COVID-19. Padahal, saat ini pemerintah masih terus menggenjot booster vaksin bagi tenaga kesehatan.
Di sisi lain, presiden pun akhirnya ikut menjadi korban kebocoran data pribadi. Peristiwa kebocoran data NIK Presiden seolah menambah panjang kejadian serupa di Tanah Air. Sebelumnya, data warga yang tersimpan di aplikasi Electronic Health Alert Card (eHAC) diduga juga bocor. Hal ini membuat publik bertanya-tanya soal keseriusan pemerintah melindungi data pribadi masyarakat.
Dirjen Dukcapil Kemendagri, Zudan Arif Fakrollah, mengakui data berupa NIK masyarakat sudah banyak yang beredar di dunia maya. Cukup ketik NIK tertentu di mesin pencari Google, maka data pribadi milik warga sudah terpampang di sana.
"Makanya saya imbau jangan vulgar mengumbar data pribadi ke media sosial. Jangan, kemudian kartu keluarga (KK) atau KTP Elektronik difoto. Tetapi, ketik saja karena data itu akan masuk ke pemilik platform," ungkap Zudan ketika berbincang dengan IDN Times dalam program Ngobrol Seru by IDN Times pada 11 September 2021.
Kemendagri pun masih mengkaji untuk mengganti NIK atas nama Jokowi dan tiga pejabat publik lainnya yang sudah terekspos melalui situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal lain yang kerap dikritik dari Dukcapil yakni pemanfaatan KTP Elektronik yang belum optimal. Publik sering kali merasa bingung meski sudah menjadi kartu elektronik tetapi mereka kerap masih harus diminta salinan atau fotokopinya.
Zudan mengaku sudah menginstruksikan jajarannya untuk meminimalisasi membuat fotokopi dari KTP Elektronik. Cara ini cukup ampuh agar data pribadi di dalam KTP Elektronik tidak bocor atau dijual ke pihak lain.
Di sisi lainnya, Zudan mengimpikan pada masa mendatang KTP Elektronik sudah menyatu dengan ponsel. Sehingga, publik tak perlu lagi dipusingkan dengan urusan fisik KTP Elektronik.
"Jadi, ke depan nomor ponsel akan menyatu dengan KTP Elektronik," kata dia.
Bagaimana Kemendagri mewujudkan misi itu di tengah rentannya kebocoran data pribadi di Indonesia? Simak bincang-bincang IDN Times lebih lanjut.