Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno meninjau langsung lokasi banjir di RT 05/RW 08, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (4/3/2025). (dok. Humas Pemprov DKI Jakarta)
Saya mau memaparkan kondisi terkini di Jakarta, bahwa BPBD, saya dibantu oleh para kepala bidang meng-update perkembangan berapa RT yang tergenang di Jakarta. Biasanya kami share ya di grup media, ada berapa RT, ada berapa ruas jalan, dan memang data itu fluktuatif.
Jadi setelah siaga 1 dan siaga 2 di Hulu, di Katulampa, kita juga harus semua waspada terhadap cuaca ekstrem yang ada di atas Jakarta. Jadi kalau di hulunya sudah intensitasnya tinggi, sementara Jakarta juga hujan, otomatis banyak sekali RT-RT yang terkena dampak.
Sekarang sudah lebih dari 25 kelurahan yang terdapat genangan banjir akibat luapan kali dan sungai. Kita mencatat di Jakarta saat ini yang tinggi itu adalah Ciliwung, termasuk juga Kali Pesanggrahan.
Kalau Kali Pesanggrahan wilayah yang terdampak kawasan Bintaro, Rawabuaya, Kembangan, Kelu Jambi, Kedoya. Kalau untuk daerah Ciliwung kita tahu seperti Pejaten Timur, Cilandak Timur, Jatinegara Kaum, Rawa Jati, Pengadegan, Kebon Baru, termasuk Kebon Pala.
Harusnya sekitar bantaran sungai harus clear sekitar di atas 6 meter. Tapi realitas yang kita lihat, saya pernah jadi Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, saya pernah jadi Kepala Bidang LH sampah, banyak kali di Jakarta itu karena dinamika kota mengalami penyempitan dan pendangkalan. Zaman dulu bisa lebar 3 meter, 4 meter, sekarang 3,5 meter. Seperti Kali Krukut, Kali Mampang, dan seterusnya. Tapi banyak sekali sedimen-sedimen yang harus dibersihkan.
Pak Wagub menegaskan, ada program Kawal Jakarta yang harus terus melakukan pengerukan kali/sungai dan waduk/danau sepanjang tahun, bukan hanya saat menghadapi musim penghujan saja. BPBD sebenarnya perannya lebih kepada mitigasi bencana ya. Kabag saya, sosialisasi kami mengadakan baik di lapangan maupun di posko. Kami dukung sarana-prasarana. Pak Kabag dialog, saya dukungan logistik, seperti itu. Jadi semuanya harus terkolaborasi dengan baik.
SDA melakukan sodetan-sodetan, rumah-rumah, membuat penempatan pompa-pompa stasioner. Pertamanan hutan kota membuka ruang-ruang terbuka hijau, dan lain-lain. Artinya memang semua harus dilakukan secara komprehensif.
Salah satu proyek perubahan saya itu diakronimkan Bang Rata, Gagah, dan Tajir. Bang Rata itu membangun kolaborasi dengan pihak swasta untuk mencegah dan mengurangi Jakarta banjir.
Mungkin sudah saatnya, Pemprov DKI Jakarta tidak hanya mengandalkan APBD. Saran saya, kita bisa mengandalkan pihak swasta ikut menata bantaran-bantaran kali/sungai. Saya kenal dengan CEO Jababeka, mereka punya tanah sekian ratus hektare di Cikarang, mereka membangun rusun di sana.
Kenapa penghuni bantaran kali/sungai yang saat ini dapat program ganti untung dari Dinas SDA tidak dikolaborasikan untuk pindah ke Cikarang? Karena mereka punya uang ya, mungkin difasilitasi Bank DKI untuk dapat kredit kepemilikan rumah. Nah, pihak Jababeka akan mengadopsi warga itu, mereka akan menerima pelatihan skill di sana, kerja di rumah sakit, restoran, kawasan industri Jababeka, sampai mereka siap membantu Jakarta dalam menata bantaran kali/sungai yang sudah dibebaskan oleh Pemprov Jakarta.
Itu salah satu proyek inovasi saya kepada Pemprov Jakarta. Mungkin bisa tidak hanya Jababeka, bisa mengajak pengembang-pengembang lain melakukan hal yang sama di kawasan-kawasan bantaran kali/sungai Jakarta. Karena kan Jakarta ke depan akan menjadi kota global.