Kisah Mala Gendong Anak di Tengah Derasnya Banjir Jakarta

- Ribuan warga Jakarta mengungsi akibat banjir besar yang semakin naik hingga menenggelamkan rumah mereka.
- Mala, salah satu pengungsi, terpaksa menggendong anaknya melawan arus air yang semakin deras sebelum diselamatkan oleh Tim SAR.
- Di pengungsian, Mala khawatir dengan situasi pasca banjir dan berharap ada dokter yang tetap datang untuk membantu anak-anak yang rentan sakit.
Jakarta, IDN Times - Di sudut ruangan GOR Bidara Cina, seorang ibu tampak termenung. Sesekali, tangannya mengelus kepala anaknya yang duduk di sampingnya. Wajahnya lelah, matanya sembab, tapi tetap berusaha tegar.
Dia adalah Mala (34), salah satu dari ribuan warga yang terpaksa mengungsi akibat banjir besar yang melanda Jakarta sejak awal pekan ini. Bagi Mala, banjir bukan lagi hal baru.
Sejak kecil, dia sudah terbiasa melihat air masuk ke rumahnya. Namun, kali ini ada yang berbeda. Air yang biasanya cepat surut, justru semakin naik hingga menenggelamkan rumahnya.
"Senin itu masih sepaha, saya pikir besok juga surut. Tapi, kemarin malah makin tinggi,"ujar Mala pada IDN Times, Rabu (5/3/2025) .
1. Mala hadapi arus gendong anak

Ketika air mulai merangkak naik ke dalam rumahnya, Mala sadar tak bisa menunggu lebih lama. Akhirnya, ketinggian air sudah mencapai 1,5 meter pada Selasa (4/3/2025). Dalam situasi itu, tanpa pikir panjang, dia segera menggendong anak bungsunya yang baru berusia empat tahun, melawan arus air yang semakin deras.
"Selasa itu sampai 1,5 meter langsung saya gendong dia ini. Untungnya ada Tim SAR yang jemput," katanya.
2. Bantuan pasca banjir diharapkan

Di pengungsian, bantuan datang. Makanan, pakaian, dan kebutuhan dasar tersedia. Tapi ada hal lain yang lebih dia khawatirkan yaitu situasi pasca banjir.
"Bantuan banyak, Alhamdulillah. Tapi nanti kalau air sudah surut, penyakit pasti mulai datang. Anak-anak pasti gampang kena flu, gatal-gatal. Saya berharap ada dokter yang tetap datang setelah ini," harapnya.
3. Berharap ada solusi banjir

Mala tahu, keluhan soal banjir sudah sering terdengar, bahkan bertahun-tahun. Namun, dia tetap menyimpan harapan kecil di hatinya.
"Perasaan banjir nggak kelar-kelar. Mungkin kalau cuma saya sendiri, nggak apa-apa. Tapi anak-anak saya? Masa mereka juga harus mengalami ini terus? Semoga ada solusi dari pemerintah," katanya.