Jakarta, IDN Times - Tubuh memerlukan cairan yang cukup agar dapat terhidrasi dengan baik. Meski begitu kebutuhan kebutuhan air dalam tubuh setiap orang ternyata berbeda-beda.
"Kecukupan air dalam tubuh manusia itu tergantung usia dan aktivitas sehari-hari. Tapi, untuk orang dewasa yang beraktivitas normal atau standar itu 8 gelas," kata Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG) IHWG Dr. dr. Diana Sunardi, M. Gizi, SpGK di Jakarta, Minggu (24/3).
Untuk menjaga hidrasi dalam tubuh, imbuh Diana, harus minum teratur baik sebelum dan sesudah aktivitas. Dengan demikian, hidup akan terjaga.
"Supaya gak malas minum, siapkan botol minum saat kerja atau aktivitas apa pun," tuturnya.
Diana juga mengimbau masyarakat mengurangi konsumsi minuman berwarna dan mengandung banyak gula. Jika tak diimbangi banyak minum air putih, lanjutnya, bisa berpotensi gagal ginjal.
"Kalau air kencing gak jernih, artinya beban ginjal lebih besar. Netralkan dengan banyak minum agar seimbang. Utamakan komposisi minuman dari air jernih dan minimalkan minuman berwarna," tuturnya.
Diana menambahkan, saat ini sedang tren air minum oksigen. Menurut dia, air yang baik untuk dikonsumsi adalah air ber-PH normal.
"Kalau minum air oksigen, tubuh kita kan sebenarnya sudah dapat oksigen dari paru-paru. Jadi mengonsumsi oksigen dalam air gak bermanfaat secara ilmiah. Air mineral sedikit elektrolit dan air mineral jauh lebih baik," ungkapnya.
Hydration Science Director Danone-AQUA Dr. Tria Rosemiartiw mengatakan, Danone berkomitmen meningkatkan status kesehatan masyarakat. Ada standar kualitas yang diterapkan dengan ketat.
"Ada banyak tahapan dan riset. Ada penelitian hidrogeologis selama satu tahun agar lingkungan tetap terjaga. Syarat air minum kemasan itu gak berwarna, gak berbau, dan gak berasa. Aqua gak ada proses kimia atau injeksi. Kalau soal PH, secara logika PH yang netral akan menjaga suhu tubuh. PH Aqua berkisar 6-7," jelasnya.
Data Indonesian Renal Registry (IRR) 2017 menunjukkan jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis sebanyak 77.892 orang. Sementara pasien baru sebanyak 30,843 orang, 59 persen di antaranya terjadi di usia produktif 45-64 tahun.
"Dampak ekonomi yang ditimbulkan demikian besar. Pada 2017 JKN menghabiskan dana sebanyak Rp2,2 triliun untuk pasien gagal ginjal. Itu pengeluaran nomor tiga tertinggi setelah penyakit jantung dan kanker," jelas Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr. Aida Lydia.