Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hutan kemenyan di kawasan Tapanuli Utara dijaga kelestariannya melalui kearifan lokal. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Hutan kemenyan di kawasan Tapanuli Utara dijaga kelestariannya melalui kearifan lokal. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Intinya sih...

  • Gibran Rakabuming Raka memperkenalkan kemenyan sebagai bahan baku parfum kelas dunia seperti Louis Vuitton dan Gucci.

  • Hilirisasi kemenyan memiliki potensi bernilai tinggi, namun bergantung pada kebijakan pemerintah untuk diimplementasikan secara jangka panjang.

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden (Wapres) RI, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan, banyak ibu-ibu yang tak mengetahui parfum kelas dunia seperti Louis Vuitton (LV) dan Gucci dibuat dari bahan baku, salah satunya kemenyan. Ia mengatakan, selama ini ibu-ibu hanya memakai parfum tersebut tanpa tahu bahan bakunya.

Hal tersebut disampaikan Gibran saat memberikan pembekalan kepada 100 Peserta Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) XXV dan 110 Peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) LXVIII, di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 7, Jakarta, Senin (14/7/2025).

Awalnya, Gibran membahas mengenai pentingnya hilirisasi yang membuat bahan mentah naik harga saat dijual ke pasar. Ia pun mengaku sempat mengunjungi pusat penelitian di Humbang Hasundutan, Sumatra Utara. Dia menemukan adanya potensi pada bahan baku kemenyan untuk dilakukan hilirisasi.

"Saya kapan hari itu ke Humbang Hasundutan membahas di sana ada pusat research. Dan di sana kita menemukan yang namanya kemenyan, saya pernah bicara itu masalah hilirisasi kemenyan," ujar dia.

Gibranmenyebut, banyak pihak yang menertawakannya saat membahas mengenai hilirisasi kemenyan. Bahkan, ia menuturkan, kemenyan sama berharganya dengan nikel. Keduanya sama-sama punya potensi bernilai tinggi ketika sudah menerapkan hilirisasi.

"Banyak yang ketawa. 'Kemenyan buat dukun'. Salah, kemenyan itu sama berharganya dengan nikel," kata dia.

Gibran lantas mengatakan, banyak ibu-ibu yang hanya memakai parfum kelas dunia tanpa mengetahui kemenyan merupakan salah satu bahan baku yang digunakan.

Oleh sebab itu, pemerintah mendorong agar program hilirisasi bisa berjalan sehingga yang dijual Indonesia di pasar dunia tidak hanya sekadar bahan baku, melainkan barang jadi yang tentunya punya nilai jual lebih tinggi.

"Tapi dari dulu ya, sekali lagi, kita jualnya jual mentah. Ibu-ibu yang pakai parfum LV, Gucci, dan lain-lain itu dari kemenyan. Kita jualnya mentah terus, makanya kita dorong anak muda untuk research. Kita sediakan tempat yang baik untuk research, alat terkini. Hilirisasi, jadi bukan hanya hilirisasi nikel, ada yang namanya hilirisasi kemenyan," ucap dia.

Menanggapi hal itu, Guru Besar bidang Ilmu Biologi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor (IPB), Triadiati, menilai, keberhasilan hilirisasi kemenyan bergantung pada kebijakan pemerintah. Ia pun tak memungkiri, kemenyan merupakan salah satu senyawa yang bisa digunakan untuk minyak wangi.

Salah satu cara meningkatkan potensi hilirisasi kemenyan ialah dengan membuat kebijakan dan regulasi yang berkelanjutan. Jangan sampai rencana yang dibuat terputus lantaran ganti tonggak estafet kepemimpinan. Dengan begitu, Indonesia bisa memaksimalkan komoditas yang diunggulkan secara jangka panjang.

Pohon penghasil getah kemenyan yang merupakan famili Styracaceae genus Styrax ini disebut sangat cocok tumbuh di iklim tropis seperti Indonesia.

Tridiati lantas berharap wacana yang digaungkan pemerintah tidak hanya sekadar janji saja, namun bisa diimplementasikan jangka panjang. Sehingga potensi komoditas yang ada bisa dimaksimalkan dan jadi unggulan.

Berikut ini wawancara khusus IDN Times membahas isu mengenai parfum dari kemenyan, hilirisasi, kondisi tropis, hingga bahan tumbuhan lain yang bisa dimanfaatkan untuk minyak wangi!

Apakah kemenyan memang bisa digunakan untuk bahan baku parfum?

Guru Besar bidang Ilmu Biologi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor (IPB), Triadiati saat eksplorasi di salah satu hutan Pulau Belitung (dok. Pribadi)

Bisa, kalau senyawa-senyawa yang diminati harus dimurnikan dulu gitu. Bisa, selama itu aromatiknya membuat orang nyaman, tinggal diidentifikasi senyawa aromatik yang dituju saja, kemudian dimurnikan, nah itu jadi dalam tanda petik biang parfum.

Apakah Prof Triadiati pernah meneliti terkait merek parfum luar negeri ini ada senyawa dari kemenyan?

Kalau meneliti langsung sih tidak. Kan informasinya Gucci, Louis Vuitton yang juga pakai salah satu senyawa dari kemenyan. Kemudian ada merek lain, saya lupa, yang ada sensasi tropik itu juga salah satunya, karena senyawa dari kemenyan cukup banyak. Tinggal diambil saja, dimurnikan saja, dipilih.

Terkait hilirisasi kemenyan, apakah memungkinkan dan potensial?

Panen Kemenyan di Toba (Antara Foto/Septianda Perdana)

Potensial tidaknya bergantung pada kebijakan, ya. Saya gak berani bilang potensial kalau tidak di-support oleh segala regulasi, modal, dan kebijakan, gak berani bilang. Karena pernah terjadi juga ada satu komoditi yang saat 2010 disebutkan potensial, kemudian support-nya, regulasinya tidak berkelanjutan, ya, akhirnya hilang.

Jadi sulit ya, potensi tidaknya itu tidak hanya dari segi, kalau dari segi ilmiah pasti potensi. Tapi kalau mau dikembangkan menjadi suatu keunggulan, ya, sekarang komitmen pemerintah bagaimana? Gitu saja. Jangka panjang atau tidak atau hanya sesaat-sesaat.

Nah, yang di Indonesia kan yang terjadi sesaat-sesaat saja, ikut tren saja. Karena kalau mau, Indonesia itu kan hutan hujan tropisnya masih luas dibanding negara tropis yang ada di Asia. Itu kalau memang mau difokuskan dan itu jadi fokus jangka panjang, kita bisa ekspor dalam tanda petik senyawa biangnya ke luar negeri. Tapi itu kan gak boleh kalau kita ekspor bahan mentah. Yang baik memang kita membuat produk minyak wangi yang menjadi ciri khas Indonesia. Selama ini belum ada yang mengarah ke sana yang dalam skala mendunia kan belum banyak ya.

Kalau Gucci itu kan sudah orang tidak melihat aromanya, tapi kan beli merek. Louis Vuitton kan orang beli merek, aromanya enak atau tidak, kalau mereknya sudah itu, ya, dianggap yang paling top. Kalau saya tidak melihat merek, melihat aromanya cocok, harga murah, ya, kenapa tidak.

Jika dilihat iklim di Indonesia sebagai negara tropis, kalau ingin fokus mengembangkan penghasil kemenyan apakah cocok, Prof?

Ya, berpotensi, kan kita ada di area tropis. Kalau tropis itu artinya sepanjang tahun sudah bisa dihasilkan, beda dengan negara subtropis ya. Kita itu sangat diuntungkan area tropis, hujan, kalau areanya memang daerah hujan kan sepanjang tahun ada, musim kering ada.

Kan sebenarnya kemenyan itu seperti getah, kan seperti getah karet juga. Kenapa karet di Indonesia itu termasuk terbaik, karena ada di area tropis. Seperti pinus kita, kemudian getah pinus, itu kan juga terbaik juga. Tinggal sekarang bagaimana mengelola regulasinya, dikawal dengan baik, dan regulasi itu harus harus tetap dikembangkan, jangan ganti pimpinan, ganti interest, kan percuma juga ya.

Ganti pimpinan, ganti interest, bilang yang ini bagus, yang sebelumnya dilupakannya. Itulah Indonesia, makanya tidak ada produk yang mendunia sampai jangka panjang. Jadi sebetulnya bukan masalah, potensinya luar biasa macam-macam, tinggal sekarang bagaimana pemerintah membuat regulasi itu, supaya tidak mudah diabaikan oleh penerusnya.

Selain kemenyan, apakah ada tumbuhan lain di Indonesia yang memungkin juga untuk dikembangkan jadi bahan baku minyak wangi?

Kemenyan pernah menjadi primadona bagi masyarakat Tapanuli Utara. Namun, harganya yang fluktuatif, membuat tidak sedikit petani yang memilih menebangnya dan mengganti dengan tanaman lain. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Ada banget, itu akar wangi Garut itu nomor dua terbaik di dunia. Akar wangi itu hanya di Garut, dan itu terbaik di dunia. Harganya satu liter, silakan cari, minyak akar wangi, satu liternya berapa juta itu. Itu jadi untuk kosmetik, untuk parfum, dan sudah ada alumni IPB yang mengembangkan kosmetik berbahan herbal, termasuk sabun, sampo, dan parfum yang menggunakan akar wangi dari Garut. Itu terbaik ada di Garut, dibanding Lampung juga ada akar wangi, tapi aromanya tidak sebaik yang ada di Garut.

Akar wangi itu tidak perlu repot-repot seperti alang-alang ya, tanam saja seperti alang-alang gitu, hanya yang bagus, lokasinya yang mendukung untuk aromanya kuat itu adalah Garut, karena di sana tanahnya vulkanik. Tanah berpasir vulkanik, itu bagus untuk aroma akar wanginya, saya sudah penelitian di situ juga.

Dulu pernah Presiden Jokowi, entah yang periode pertama atau kedua, menyarankan akar wangi untuk menanggulangi longsor. Bisa, bisa untuk longsor, karena akarnya kan kuat, tapi kan di satu sisi petani kan juga butuh menjual akarnya untuk penghasilannya mereka, kan nanti secara periodik dipanen juga itu akarnya, jadi untuk erosi tidak bisa jangka panjang.

Pemanfaatan akar wangi ini apakah sudah banyak dipakai untuk buat bahan baku parfum prof?

Sudah lama itu akar wangi Garut, sudah lama sekali, yang paling bagus itu. Hanya pemerintah tidak mengunggulkan itu di skala nasional. Coba cari saja produsen akar wangi terbaik, itu muncul Garut nomor satu. Itu saingan, kalau tidak salah saingan dengan Vietnam, kalau tidak salah. Kalau di Garut, luasan lahan untuk akar wangi di Garut dalam 10 tahun sekarang ini sudah mereduksi untuk perumahan.

Akar wangi lebih mudah, umurnya lebih pendek kalau akar wangi. Kalau kemenyan kan harus jadi pohon dulu ya, untuk jadi pohon yang mampu mengeluarkan getah, terus harus ke hutan untuk panen, mengambil getahnya kan dari batangnya itu dilukai kemudian dipanen.

Kalau akar wangi tanam, tanam saja nanti kalau sudah umurnya tinggal umurnya, kalau tidak salah 10 bulan dijebol, kita angkat ya, ambil akarnya, dikeringkan, kemudian disuling, sudah jadi. Nah akar wangi hasil itu hasil sulingan, dikeringkan lagi, jadi anyaman, masih ada aromanya juga.

Jadi ada senyawa, memang tanpa dimurnikan saja aroma akar wanginya sudah luar biasa, bagus. Tidak seperti kalau kemenyan itu kan ada aroma yang kalau orang sebagian tidak begitu suka kan ada ke arah mistik, tapi sebetulnya itu campuran dari segala macam, dari berbagai senyawa, salah satunya ada yang aroma vanili, ada aroma setirak, yang itu kalau dimurnikan bisa jadi senyawa, parfum. Kalau akar wangi, kemungkinan dimurnikannya tidak rumit ya, tidak rumit, hanya disuling dua kali. Kan disuling itu kan menghilangkan airnya ya, disuling kedua kali, yang suling kedua itu sudah jadi biangnya banyak wangi.

Pernah cium aroma akar wangi di anyaman? Oh enak sekali ini. Jadi kalau orang Jawa dulu, orang Solo, orang Jogja itu meletakkan akar wangi kering, anyaman atau berupa apa, untuk parfum baju di dalam lemari, diletakkan di antara baju, nanti bajunya sudah ada aroma parfum akar wangi, sebegitu mudahnya. Bisa jadi semacam pewangi ruangan. Jadi kalau untuk kemenyan boleh, oke, tapi kan untuk menjadi kemenyan yang layak jenis adap itu kan tidak 1 sampai 2 tahun. Sementara, akar wangi 1 tahun sudah panen, nanti tanam lagi anakannya ditinggal, nanti keluar lagi gitu. Itu bentuknya seperti tanaman sereh, persis alang-alang sereh.

Akar wangi Indonesia sendiri apakah sudah diekspor atau hanya digunakan untuk kebutuhan lokal saja?

ilustrasi minyak akar wangi, minyak vetiver, atau vetiver oil (freepik.com/rawpixel.com)

Sudah, kan terkenal di dunia. Akar wangi Garut itu ada negara-negara yang mencari itu, berapa per liter murninya, berapa juta itu per liter murninya. Nah, pemerintah sudah fokus ke situ belum, kalau sudah, ya, harusnya dikawal menjadi suatu komoditi unggulannya Indonesia dan dilindungi di Garut tidak boleh berkurang area luasannya. Itu terbaik, kalau akar wangi di Lampung hanya biomasanya, akarnya banyak tapi aromanya tidak sekuat yang di Garut. Kalau di Lampung itu untuk anyaman, membuat tikar, membuat kipas itu anyaman dari akarnya akar wangi. Akar wangi itu disebutnya juga vetiver grass.

Jadi kalau untuk daerah yang vulkanik, kemudian curah hujannya tidak terlalu tinggi. Curahnya sedang, tanahnya berpasir, ya, itu berharap bisa untuk tumbuh subur dan hasil akar wanginya maksimal. Di lahan kritis juga bisa tumbuh akar wangi

Artinya akar wangi bisa lebih potensial ketimbang kemenyan?

Kalau dari segi produksinya memang lebih cepat, tapi tidak juga bisa di bilang potensial, karena potensial tidaknya tergantung sudut pandang kita. Kalau saya bilang, dari segi waktu produksi itu akar wangi karena satu tahun sudah bisa panen dan proses pemurniannya tidak serumit yang di kemenyan. Karena kemenyan itu kompleks, tapi yang aroma itu kan selera ya, jadi bisa satu persatu dimurnikan, nah kemudian minyak wangi itu biangnya tidak hanya dari satu aroma. Digabung berbagai aroma menjadi satu aroma yang menjadi ciri khas LV atau Gucci. Mereka yang punya patennya untuk komposisinya. Bisa jadi kemenyannya juga dari Indonesia itu sangat mungkin Gucci dan LV itu. Jadi tidak senyawa tunggal untuk minyak wangi ya, jadi diracik, makanya orang kan menciptakan minyak wangi itu sebetulnya meracik bibit-bibit aroma sekian persen, sekian persen. Kemudian jadi aroma yang disukai atau menjadi ciri khas.

Kalau akar wangi tidak dimurnikan pun sudah enak kalau menurut saya, hanya disuling dua kali. Jadi dari segi teknologinya akar wangi tidak serumit kemenyan.

Melihat peluang mengembangkan kemenyan dan akar wangi ini, apa yang menjadi tantangan ke depan?

Kalau mau menanam (kemenyan), ya menanam saja kan bisa juga untuk penghijauan, tapi kalau mau panen itu kan butuh waktu paling tidak kan berapa tahun, lima tahun getahnya baru muncul. Berapa lama itu kan pohon kemenyan masalahnya (bisa dipanen), tanaman keras, satu tahun apakah sudah bisa dipanen? Sementara dari peluang dan kemudahan teknologinya, lebih mudah diadopsi akar wangi, karena kalau akar wangi itu di Garut sudah ada yang bisa melakukan penyulingan dua kali, dia sudah menjual minyak yang memang untuk bibit minyak wangi. Jadi suling dua kali sudah jadi vetiver oil ada gitu.

Potensi pengembangan tumbuhan di Indonesia sih banyak, tapi pemerintah mau konsen di mana dan itu harus dikawal jangka panjang sehingga menjadi ikon Indonesia. Kalau saya menilai, lebih ke akar wangi, karena areanya sudah menyusut, dan yang paling baik itu ada di Garut, Garut itu seberapa sih luasnya lahannya, wilayahnya kan tidak besar, bisa jadi 50 tahun lagi akar wangi di Garut gak tahu masih ada atau tidak.

Editorial Team