Ilustrasi hacker rekening bank (IDN Times/Mardya Shakti)
Pratama menerangkan, pelaku meretas situs BSSN dengan cara deface atau mengubah tampilan website. Menurutnya, peretasan deface bisa dilakukan secara menyeluruh atau di laman tertentu saja.
"Jangan dianggap semua serangan deface itu adalah serangan ringan, bisa jadi hacker-nya sudah masuk sampai ke dalam," kata Pratama yang pernah menjadi pejabat Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) yang kini menjadi BSSN.
Pratama menyayangkan situs BSSN diretas. Padahal, BSSN merupakan institusi pengaman data yang seharusnya menjadi tempat paling aman di dunia siber.
"Saat ini yang terpenting adalah data di dalamnya tersimpan dalam bentuk encrypted. Dengan demikian, kalaupun tercuri, hacker tidak akan bisa baca isinya," ucap dia.
Meski demikian, kata dia, bukan tidak mungkin kasus peretasan terjadi di dunia digital. Dia mencontohkan Federal Bureau of Investigationan (FBI), Badan Antariksa Amerika National Aeronautics and Space Administration (NASA) hingga Central Intelligence Agency (CIA) juga pernah diretas.
"Salah satu solusinya, untuk security audit atau pentest, bisa dilakukan secara berkala baik dengan pendekatan black box maupun white box. Metode yang digunakan bisa passive penetration atau active penetration," katanya