Elektabilitas PPP Anjlok, Pengamat: Nahdliyin Pindah Haluan ke PKB

Elektabilitas PKB cenderung meningkat, sedangkan PPP menurun

Jakarta, IDN Times - Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis temuan terbaru terkait elektabilitas partai politik (parpol) jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, mengatakan, ada kecenderungan suara dukungan kelompok Nahdlatul Ulama (NU) berpindah dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Hal tersebut, kata Deni, lantaran adanya kecenderungan melonjaknya dukungan dan elektabilitas PKB. Sementara dukungan ke PPP justru berbanding terbalik, yakni cenderung menurun.

"Saya kira itu mengindikasikan adanya kemungkinan pergeseran dukungan (Nahdliyin) di bawah dari PPP ke PKB karena pola yang berbeda, kemudian mereka berada di ceruk yang sama," ujar dia dalam konferensi pers survei SMRC, Sabtu (3/9/2022).

Baca Juga: Survei Poltracking: Ridwan Kamil Ungguli Erick Thohir dan Puan 

1. Elektabilitas PKB meningkat dibandingkan jelang Pemilu 2019

Elektabilitas PPP Anjlok, Pengamat: Nahdliyin Pindah Haluan ke PKBRatusan partisan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Gerindra mulai berdatangan ke Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jakarta Pusat. (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Deni mengatakan, rata-rata elektabilitas PKB jelang Pemilu 2024 jauh di atas rata-rata elektabilitas jelang Pemilu 2019 lalu. Artinya, kekuatan politik PKB saat ini cenderung lebih solid.

"Dukungan untuk PKB hingga 1,5 tahun jelang Pemilu 2024 lebih baik dibanding jelang 2019. Jelang Pemilu 2024, rata-rata elektabilitas PKB dalam survei Maret 2020 hingga Agustus 2022 mencapai 8,8 persen. Angka itu lebih tinggi 3,5 persen dibanding rata-rata jelang Pemilu 2019," ujar Deni.

Baca Juga: Survei Buka Peluang PDIP, Gerindra, PKB Gabung KIB, Siapa Capresnya?

2. Elektabilitas PPP cenderung menurun

Elektabilitas PPP Anjlok, Pengamat: Nahdliyin Pindah Haluan ke PKBIlustrasi Partai PPP (Website/infopemilu.kpu.go.id)

Deni juga membandingkan elektabilitas PKB dengan PPP yang mengalami penurunan. Dia mengatakan, jelang Pemilu 2024 elektabilitas PPP justru semakin terpuruk.

"Berbanding terbalik dengan PKB, PPP justru menjelang 2024 kekuatannya relatif lebih lemah," kata dia.

Berdasarkan survei SMRC, dukungan terhadap PPP juga melemah, dengan rata-rata penurunan elektabilitas hingga 1,6 persen.

"1,5 tahun jelang 2024, rata-rata elektabilitas PPP dalam survei Maret 2020 hingga Agustus 2022 adalah 2,7 persen, lebih rendah 1,6 persen dibanding jelang 2019 lalu dalam survei Mei 2015 hingga September 2017 dengan angka 4,3 persen," ujar Deni.

Oleh sebab itu, kata Deni, apabila PPP ingin lolos ambang batas parlemen, maka perlu ada upaya keras untuk terus menggenjot dukungan.

"Kita tahu Pemilu 2019 PPP dapat suara 4,5 persen. Apakah sekarang dengan posisi yang lebih lemah bisa melewati torehan sebelumnya atau paling tidak parliamentary threshold empat persen, ini sebuah tantangan. Artinya, untuk mencapai posisi minimal seperti sebelumnya harus ada upaya lebih keras untuk bisa lolos ke parlemen," ujar Deni.

Baca Juga: Survei: Jika Pilpres Hari Ini, Prabowo Terpilih Sebagai Presiden

3. Jumlah populasi survei 1.220 responden

Elektabilitas PPP Anjlok, Pengamat: Nahdliyin Pindah Haluan ke PKBilustrasi survei (IDN Times/Aditya Pratama)

Diketahui, survei tersebut dilakukan pada 5 sampai 13 Agustus 2022. Dengan populasi survei seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) sebanyak 1.220 responden.

Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun responden terpilih diwawancarai secara tatap muka.

Baca Juga: Survei Ungkap 10 Cawapres Elektabilitas Tertinggi, Ini Urutannya

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya