Pengamat BRIN Ungkap Peluang Menang Petahana Lebih Besar, Kenapa?

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengungkap alasan mengapa peluang menang petahana lebih besar dalam pemilihan umum (pemilu).
Peneliti Pusat Riset Politik BRIN itu menilai, petahana punya berbagai keuntungan dalam berbagai aspek kepemiluan.
"Hampir mayoritas, mungkin sebagaian besar petahana selalu menang untuk kedua kalinya di pemilu berikutnya," kata Wasisto saat dihubungi IDN Times, Selasa (18/4/2023).
Baca Juga: Hasto Percaya Diri Koalisi Besar Terbentuk setelah PDIP Umumkan Capres
1. Tingkat popularitas petahana berpotensi akan lebih tinggi
Dia menjelaskan, keuntungan menjadi petahana dalam pemilu ialah figur tersebut punya peluang dikenal oleh masyarakat lebih besar ketimbang lawannya. Mengingat sebelumnya, saat menjabat sebagai kepala pemerintahan, tentu masyarakat akan lebih dikenal publik.
"Kalau itu dikaitkan dengan kepentingan pemilu, jelas petahana ini mempunyai keuntungan telah lebih dulu dikenal karena popularitasnya sebagai kepala pemerintahan," tutur dia.
Baca Juga: 13 Lurah Petahana Maju Pilur Bantul Dipastikan Minim Pesaing
2. Petahana punya akses yang mampu mendulang elektoral
Kemudian, kata Wasisto, petahana punya akses pada berbagai aspek pendukung yang mampu berpotensi jadi lumbung elektoral. Akses yang mudah membuatnya diuntungkan dalam berkampanye.
"Kemudian punya akses terhadap berbagai macam sumber, baik sumber kebijakan, keuangan yang kemudian menjadikannya lebih powerfull dalam berkampanye," ucap dia.
Baca Juga: Pengamat Nilai Masih Banyak Loyalis Anas di Demokrat
3. Jejaring petahana dinilai kuat
Selain itu, petahana punya jejaring ke akar rumput yang lebih kuat. Bermodal pengalaman saat menjabat menjadi kepala pemerintah, petahana punya pengetahuan yang lebih memumpuni dalam membuat program yang ditawarkan ke masyarakat.
"Tapi kalau kita kaitkan dengan kepentingan urusan lain, di luar elektoral misalnya, keuntungan jadi petahan tentu yang bersangkutan atau figur ini punya modal dukungan berjejaring, dari level RT hingga level kabupaten/kota, provinsi. Sehingga tahu persis bagaimana menyukseskan kebijakan, merumuskan kebijakan yang itu didapatkan dari pengalaman real di lapangan," imbuh dia.