Projo: PKS Cocok Jadi Oposisi, Mulia dan Pahalanya Banyak

PKS lempar sinyal gabung koalisi Prabowo-Gibran

Intinya Sih...

  • Projo: PKS cocok jadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran, dianggap akan mendapat banyak pahala karena terlibat aktif untuk mengontrol dan mengawasi jalannya pemerintahan.
  • PKS diharapkan menjadi oposisi yang sehat, konstruktif, tidak memunculkan fitnah atau perpecahan dalam pengawasan terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran.

Jakarta, IDN Times - Relawan Pro Jokowi (Projo) menilai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih cocok menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.

Ketua Badan Pemenang Pemilu (Bappilu) Projo, Panel Barus menegaskan, menjadi oposisi bukan sesuatu yang buruk. Menjadi oposisi justru dianggap akan mendapat banyak pahala karena terlibat aktif untuk mengontrol dan mengawasi jalannya pemerintahan.

"Saya pikir PKS cocok juga mengambil posisi sebagai oposisi, dan oposisi juga itu posisi yang sangat mulia, bukan tidak baik, baik. Pahalanya banyak juga jadi oposisi lho," kata Panel saat dihubungi.

Baca Juga: PKS Putuskan Gabung atau Jadi Oposisi Lewat Musyawarah Majelis Syuro

1. Projo singgung oposisi yang sehat

Projo: PKS Cocok Jadi Oposisi, Mulia dan Pahalanya BanyakProjo menggelar Rakernas 6 membahas strategi pemenangan Prabowo Subianto. (IDN Times/Amir Faisol)

Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran ini mengatakan, pahala menjadi oposisi juga bisa didapatkan jika dilakukan dengan cara yang positif, bukan memunculkan fitnah atau perpecahan.

"Yang menjalankan pemerintahan dengan yang mengawasi pemerintahan pahalanya sama banyaknya, jadi PKS kalau mau jadi oposisi pahalanya juga banyak. Tinggal jadi oposisi yang sehat, yang konstruktif, jangan memfitnah, jangan saling menjatuhkan satu sama lain," tutur Panel.

Baca Juga: PKS Tak Masalah Oposisi atau Koalisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran 

2. Menanti PKS masuk koalisi gemoy Prabowo-Gibran

Projo: PKS Cocok Jadi Oposisi, Mulia dan Pahalanya BanyakPresiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka berfoto bersama usai ditetapkan dalam rapat pleno di Gedung KPU, Jakarta, Rabu (24/4/2024). (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

PKS hingga saat ini masih menjadi satu-satunya partai di koalisi perubahan yang belum merapat ke barisan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo dan Gibran.

Prabowo telah berhasil merangkul Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dua partai politik yang sebelumnya berada di Koalisi Perubahan, pengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN).

Sekretaris Jenderal PKS, Habib Aboe Bakar Al-Habsyi mengaku telah mengatur jadwal untuk bertemu Prabowo. Sejatinya, PKS telah mengharapkan kedatangan Prabowo dalam acara halalbihalal pada 27 April 2024 lalu. Aboe menyatakan, PKS akan menggelar karpet merah untuk menyambut kedatangan Prabowo Subianto.

Tradisi ini sempat dilakukan oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat menyambut Prabowo di markas mereka.

Aboe menyatakan, PKS adalah partai yang paling siap dengan segala situasi, baik nantinya melanjutnya berada di luar pemerintahan atau memutuskan mendukung pemeritahan Prabowo-Gibran.

“PKS paling siap dengan segala situasi, mau di dalam maupun di luar, tugas dari dalam keluar, ditugaskan ke dalam, kita siap," ujarnya saat ditemui di Kantor DPP PKB, Kamis, 25 April 2024 lalu.

3. Peluang PKS gabung Prabowo-Gibran ditolak Gelora

Projo: PKS Cocok Jadi Oposisi, Mulia dan Pahalanya BanyakSekretaris Jenderal Partai Gelora, Mahfuz Sidik (sebelah kiri) bersama Ketum Gelora Anis Matta. (Dokumentasi Partai Gelora)

Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Mahfuz Sidik menjelaskan alasan partainya menolak PKS bergabung ke dalam koalisi partai pendukung Prabowo-Gibran. Sebab, apabila PKS menjadi bagian dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), maka akan menjadi sinyal pembelahan antara PKS dan massa ideologisnya.

"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," kata Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Senin (29/4/2024).

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya