1 Juta Warga Suriah Diprediksi Pulang dalam 6 Bulan Pertama 2025

Jakarta, IDN Times - Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), pada Selasa (17/12/2024), mengatakan bahwa sekitar 1 juta pengungsi Suriah diperkirakan bakal kembali ke negaranya dalam 6 bulan pertama 2025.
“Kami telah memperkirakan sekitar 1 juta orang Suriah akan kembali antara Januari dan Juni tahun depan, jadi kami menyampaikan rencana ini kepada para donor, meminta dukungan mereka,” kata Rema Jamous Imseis, Direktur UNHCR untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, dikutip dari Reuters.
"Kami menghadapi kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar dalam skala yang tidak berkurang sama sekali,” tambahnya, seraya menyebutkan bahwa ada lebih 1 juta orang yang menjadi pengungsi baru di Suriah dalam 3 pekan terakhir.
1. Ribuan orang telah kembali ke Suriah
Imseis mengungkapkan bahwa setelah pemberontak mengambil alih kekuasaan, ribuan orang telah meninggalkan Suriah, sementara ribuan lainnya, sebagian besar dari Turki, Lebanon dan Yordania, kembali ke negara itu.
Menurutnya, beberapa di antara mereka yang melarikan diri kemungkinan terkait dengan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad atau merupakan kelompok agama minoritas yang khawatir akan keamanan mereka di bawah pemerintahan baru, yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Sejak berkuasa, HTS berusaha meyakinkan kelompok minoritas dan pemerintah lain bahwa mereka akan menciptakan kepemimpinan yang inklusif, yang melindungi hak-hak minoritas di negara tersebut. Kelompok ini juga menyatakan bahwa mereka telah meninggalkan ideologi al-Qaeda.
2. Pemerintah luar negeri diminta tidak paksa pengungsi Suriah pulang
Imseis juga meminta negara-negara yang menampung pengungsi Suriah untuk tidak segera memulangkan mereka. Setelah Assad lengser, sejumlah negara Eropa mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan permohonan suaka dari warga Suriah, sementara partai-partai sayap kanan mendesak agar mereka dideportasi kembali ke negara asal.
"Kami mengimbau kepada pemerintah yang telah menangguhkan proses suaka untuk tetap menghormati hak untuk mengakses wilayah dan mengajukan klaim suaka," kata direktur UNHCR tersebut.
"Orang-orang tidak bisa begitu saja, setelah 14 tahun mengungsi, berkemas dalam semalam dan kembali ke negara yang telah hancur akibat konflik. Berikan waktu bagi kami dan para pengungsi Suriah untuk menilai apakah aman untuk kembali. Masih terlalu dini untuk melihat seberapa aman keadaannya," tambahnya.
3. Lebih dari 500 ribu warga Suriah tewas sejak 2011
Assad dan keluarganya melarikan diri ke Moskow lebih dari seminggu yang lalu, ketika pasukan pemberontak, yang dipimpin oleh HTS, berhasil merebut Damaskus dan kota-kota lainnya dalam serangan kilat. Penggulingannya memicu perayaan di seluruh Suriah dan mendorong banyak orang di luar negeri untuk kembali ke negara mereka.
Pemerintahan represif keluarga Assad, yang berlangsung selama 5 dekade, ditandai dengan penahanan dan pembunuhan massal terhadap mereka yang dianggap menentang pemerintah. Lebih dari 500 ribu orang tewas dan separuh populasi negara itu terpaksa mengungsi sejak meletusnya perang saudara pada 2011.
Namun, Assad berulang kali membantah bahwa pemerintahannya melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Sebaliknya, ia menyebut para pengkritiknya sebagai ekstremis.