Trump Sebut Turki Ada di Balik Kejatuhan Assad di Suriah

Jakarta, IDN Times - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada Senin (16/12/2024), mengatakan bahwa Turki ada di balik kejatuhan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad pekan lalu. Ia mengklaim pemberontak di Suriah tersebut dikontrol oleh Turki.
Saat pembukaan Gereja Notre Dame di Prancis, Trump mengungkapkan bahwa Suriah sebenarnya bukanlah urusan dan perjuangan dari AS. Ia pun menyatakan Washington tidak akan mengintervensi perkembangan di negara Timur Tengah tersebut.
1. Sebut Turki lakukan cara lain untuk bertempur di Suriah
Trump mengklaim bahwa tindakan Turki di Suriah adalah cara lain untuk bertempur. Ia pun menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah membentuk tentara yang kuat.
"Orang-orang tersebut dikontrol oleh Turki. Itu tidak apa-apa dan ini adalah cara lain untuk berperang. Turki adalah negara dengan kekuatan militer besar. Erdogan juga seseorang yang saya kenal baik, tapi dia memiliki militer besar dan belum lelah dengan perang. Dia sudah membentuk tentara yang kuat," tuturnya, dilansir Politico.
Trump berencana memulangkan 900 tentara AS yang masih berada di Suriah. Saat kepemimpinannya, Trump juga menyatakan ingin memulangkan tentara AS dari Timur Tengah.
Trump juga mengungkapkan, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di kawasan tersebut dan apapun bisa terjadi. Dia menyebut Turki memiliki ambisi sejak dulu dan mereka sudah mengambilalih tanpa banyak menimbulkan korban.
2. Erdogan serukan pembentukan pemerintahan inklusif di Suriah
Pada Selasa (17/12/2024), Presiden Erdogan menyerukan pembentukan administrasi yang inklusif di Suriah. Ia juga meminta Uni Eropa (UE) untuk mendukung pemulangan warga Suriah yang mengungsi selama berlangsungnya perang sipil.
"Kami sudah melihat bahwa kami menyetujui pembentukan pemerintahan inklusif di Suriah. Kami pun berharap UE bersedia mendukung pemulangan pengungsi Suriah yang melarikan diri dari perang sipil selama 13 tahun terakhir," tuturnya, dilansir Reuters.
Ia menambahkan, tidak ada tempat bagi organisasi teroris di kawasan tersebut, terutama ISIS dan kelompok militan Kurdi.
Sebelumnya, UE juga sudah menyatakan belum ingin mengangkat sanksi kepada pemerintah Suriah. Blok Eropa itu akan melihat situasi terkini dan sikap pemerintahan baru Suriah terhadap kelompok minoritas.
3. Turki buka kembali Kantor Kedubes di Suriah

Pada Sabtu (14/12/2024), Turki akhirnya membuka kembali Kantor Kedutaan Besar (Kedubes) di Suriah. Kedubes Turki di Suriah sudah ditutup sejak 2012 menyusul putusnya hubungan diplomatik kedua negara.
"Kami ingin melihat Suriah bebas dari teror, ketika semua penduduk minoritas tidak diperlakukan buruk. Kami ingin pembentukan pemerintahan baru yang inklusif di Suriah. Saat ini, ribuan warga Suriah mulai kembali pulang ke rumahnya dari Turki," ungkap Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, dilansir Euronews.
Pembukaan Kantor Kedubes ini dilakukan bersamaan dengan pertemuan diplomat AS, Liga Arab, dan Turki di Yordania. Dialog ini dilakukan untuk membantu proses transisi pemerintahan di Suriah setelah kejatuhan Assad.