10 SD-SMP di Asia dan Australia Sabet Penghargaan Sekolah Sehat 2024

Sekolah dasar yang menjadi juara di tingkat regional adalah perwakilan dari Vietnam, yaitu Na Sang Semi-Boarding Primary School for Ethnic Minorities No. 1 Na Sang Muong Cha. Sekolah ini terletak di provinsi terpencil di Vietnam yang dihuni oleh lima kelompok etnis. Sekolah ini memiliki banyak tantangan ekonomi, geografis dan infrastruktur serta tingkat kehadiran yang sangat rendah.

Untuk menginspirasi para siswa, sekolah memutuskan untuk merenovasi gedung sekolah Huoi Long 1 mereka. Proyek ‘Sekolah Bahagia’ dimulai pada November 2023 dan penyelesainnya memerlukan waktu dua bulan. Dengan menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia secara gratis serta dukungan dari penduduk desa setempat dan para orang tua, berbagai perbaikan dilakukan untuk mendorong kesehatan mental dan fisik siswa. Bambu, batu kali, kayu, dan ban digunakan untuk membuat taman bermain baru.

Sementara, untuk tingkat SMP, juaranya juga berasal dari Vietnam, yaitu Victory Experimental Secondary School Hanoi. Inovasi dari sekolah ini adalah menciptakan lingkungan belajar yang berempati. Sekolah ini memulai ‘Sekolah Empati Victory’ pada 2022 setelah survei menunjukkan bahwa siswa berisiko mengalami masalah psikososial karena merasa tidak mampu berteman dan bergaul dengan teman sebayanya.

Victory membuat kegiatan bersama guru, orang tua, dan siswa yang mencakup berbagai aspek sekolah yang berempati. Pada tahun pertama, hampir 700 siswa, guru, dan orang tua menerima manfaat di Sekolah Menengah Pertama Victory saja. Rencana Tahap 2 pada 2023 membuat mereka memperluas konsep tersebut ke sekolah-sekolah lain di Hanoi dan di seluruh Vietnam.

Dari ribuan sekolah yang berkompetisi, juara umumnya adalah SK Putrajaya Presint 11(1), yang juga menjadi juara pada tingkat nasional di Malaysia. Sekolah ini memiliki aplikasi bernama  ‘HELPIE’. Dikembangkan oleh siswa, aplikasi ini mempromosikan kesadaran tentang stres dan menyediakan fitur interaktif untuk membantu siswa memahami emosi mereka.

Sekolah ini berencana untuk berbagi aplikasi HELPIE dengan institusi lain agar lebih banyak siswa dapat mengatasi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

Adapun juara untuk tingkat SMP di Malaysia adalah SMK Convent Butterworth Penang. Sekolah ini menciptakan proyek yang berfokus pada keberlanjutan dan gaya hidup aktif untuk seluruh komunitas sekolah. Proyek bertujuan membuat peralatan olahraga yang ramah lingkungan dan hemat biaya dari bahan daur ulang, seperti mengisi botol plastik 1,5 liter dengan pasir untuk membuat barbel dan memotong pakaian yang tidak terpakai untuk membuat tali lompat.

Dari Indonesia, ada dua institusi pendidikan yang programnya dianggap layak untuk ditiru oleh berbagai sekolah, yaitu SDN 222 Pasir Pogor dan SMPN 22 Semarang 

Program SDN 222 Pasirpogor, Bandung, bernama “Paspor Serasi” yang bertujuan menjaga siswa tetap sehat sepanjang hari dengan mengurangi stres dan kecemasan serta meningkatkan aktivitas fisik dan pilihan makanan sehat. Program ini mencakup “Bersepeda ke Sekolah”, “Rabu Bugar: Kelas kebugaran setiap Rabu”, “Gelas Saji: Makanan siang bergizi”, dan “Kamis Semanis: Mengurangi minuman manis pada Kamis”. 

Sementara, SMPN 22 Semarang menjalankan program “Pertanian Perkotaan (Urban Farming)” dengan dukungan dinas terkait, melibatkan siswa, guru, dan orang tua. Program ini bertujuan mengatasi kekurangan gizi, mengajarkan pertanian, dan menciptakan kebiasaan makan sehat.

Lebih dari 50 persen siswa sekolah tersebut mengambil bagian dalam program pertanian perkotaan. Pendidikan dan pelatihan ini mencakup mulai dari awal tanam hingga panen. Hasilnya, program ini membawa perubahan positif bagi 788 siswa, 41 guru, staf, dan lebih dari 20 keluarga di sekitar sekolah.

Kemudian, finalis dari Thailand adalah Thesaban 2 Wat Don Munchai School Tak serta Thesaban 1 Kittikachorn School Tak.

Menanggapi angka kekurangan gizi di seluruh Thailand yang meningkat sebesar 20 persen, Thesaban 2 Wat Don Munchai School mengambil tindakan dengan meluncurkan proyek 'Perubahan untuk Kebaikan’. Proyek ini bertujuan mendorong semua siswa dan petugas sekolah untuk mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, belajar cara mengelola stres dan emosi, serta menciptakan lingkungan sekolah yang lestari.

Adapun program milik SMP Thesaban 1 Kittikachorn adalah proyek yang dijuluki “Kami Menjadi Lebih Baik”, yang berfokus pada 5 B – Makanan yang lebih baik (Better food), Kesehatan yang lebih baik (Better health), Pikiran yang lebih baik (Better minds), Lingkungan sekitar yang lebih baik (Better surroundings), Model yang lebih baik (Better model).

Ying Wa Primary School Sham Shui Po menjadi SD yang berhasil menjuarai pada tingkat nasional Hong Kong. Ying Wa mulai melakukan pembelajaran di luar ruangan, untuk memfasilitasi gaya hidup yang lebih aktif dan meningkatkan kesehatan mental siswa.

Dengan menciptakan program menghijaukan hutan sebagai bagian dari kurikulum Mata Pelajaran Umum, para siswa menikmati 115 kegiatan pembelajaran luar ruangan setiap tahun serta pendidikan tentang konservasi dan lingkungan setempat mereka.

St Rita’s Catholic School South Johnstone, Queensland adalah sekolah kecil di pedesaan jauh di utara Queensland, yang menumbuhkan budaya kerja sama dan inklusivitas. Sekolah ini menjadi juara di tingkat nasional karena membangun kembali masyarakat setelah angin topan dan banjir yang menghancurkan banyak keluarga setempat pada awal tahun.

Program yang dibangun sekolah ini memahami korelasi kuat antara kesehatan mental, kegiatan fisik, dan pola makan sehat. Proyek ‘Komunitas Dukungan’ menggabungkan inisiatif seperti hari gala olahraga; pelatihan kesejahteraan guru dan masyarakat; serta kegiatan brain-break (istirahat otak) di kelas; yang mendorong partisipasi keluarga dan masyarakat.

Peningkatan 60 persen keterlibatan orang tua dengan sekolah menjadikan siswa semakin terlibat dalam pembelajaran mereka. Proyek ini pun dianggap berhasil dalam menghilangkan trauma anak-anak atas bencana yang pernah menerpa mereka.