Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi banjir (unsplash.com/Art Institute of Chicago)
ilustrasi banjir (unsplash.com/Art Institute of Chicago)

Intinya sih...

  • Hujan deras dan risiko banjir bandang hingga 1 Juli

  • Pakistan rentan terhadap dampak perubahan iklim

  • Pakistan dianggap tidak becus menyikapi perubahan iklim

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 11 orang, termasuk empat anak-anak, tewas akibat banjir bandang yang melanda provinsi Khyber Pakhtunkhwa di barat laut Pakistan. Banjir juga merusak rumah-rumah dan infrastruktur.

“Dalam 24 jam terakhir, banjir bandang dan tanah longsor telah merenggut nyawa 11 orang, termasuk empat anak-anak dan tiga perempuan, sementara enam lainnya terluka,” kata Otoritas Manajemen Bencana Provinsi (PDMA) dalam sebuah laporan yang dirilis pada Jumat (27/6/2025)malam.

Para pejabat mengatakan bahwa banjir terjadi setelah hujan lebat mengguyur provinsi tersebut selama 24 jam terakhir. Swat menjadi distrik yang paling terdampak parah, dengan 10 dari total 11 korban jiwa yang dilaporkan terjadi di wilayah tersebut. Sebanyak 56 rumah juga mengalami kerusakan di sejumlah daerah.

1. Hujan deras dan risiko banjir bandang kemungkinan berlangsung hingga 1 Juli

Media lokal melaporkan bahwa operasi penyelamatan masih terus berlangsung, Sementara itu, departemen meterologi nasional memperingatkan risiko hujan deras dan kemungkinan banjir bandang lagi hingga Selasa (1/7/2025).

Dilansir dari Arab News, PDMA menyatakan bahwa Pusat Operasi Darurat mereka saat ini aktif dan tengah berkoordinasi dengan pemerintah distrik, layanan penyelamatan, serta instansi terkait lainnya. Pihaknya juga telah menyalurkan 136 truk bantuan nonpangan kepada otoritas distrik sebagai bagian dari rencana darurat menghadapi musim hujan. Bantuan tersebut mencakup tenda, terpal, perlengkapan dapur, selimut, bantal, dan kantong tidur.

Selain itu, dana tambahan sebesar 1,62 juta dolar AS (sekitar Rp25 miliar) juga telah disalurkan kepada pemerintah daerah untuk keperluan bantuan darurat dan kompensasi langsung.

2. Pakistan rentan terhadap dampak perubahan iklim

Pakistan termasuk negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, terbukti dengan meningkatnya frekuensi banjir bandang dan peristiwa terkait iklim lainnya.

Pada Mei, sekitar 24 orang tewas akibat badai besar yang melanda negara tersebut. Sementara pada Agustus 2022, banjir besar yang dipicu oleh hujan monsun dan mencairnya gletser menewaskan lebih dari 1.700 orang dan berdampak pada 33 juta penduduk Pakistan.

Para ilmuwan mengatakan bahwa peningkatan suhu global akan membuat musim hujan semakin intens di masa mendatang.

3. Pakistan dianggap tidak becus menyikapi perubahan iklim

Dilansir dari DW, mantan Menteri Perubahan Iklim Pakistan, Sherry Rehman, menyatakan bahwa negara tersebut lamban dalam menghadapi perubahan iklim dan ancaman yang ditimbulkannya. Ia menyoroti peringatan rutin yang dikeluarkan oleh badan penanggulangan bencana nasional, namun otoritas setempat dinilai gagal menanggapinya dengan serius.

"Bukan hanya pemerintah provinsi yang gagal memahami besarnya krisis ini, saya terus mengulanginya, para turis yang menyangkal kenyataan pun demikian. Ini mencerminkan sistem yang secara endemik berpikir bahwa perubahan iklim bisa diabaikan, atau bahwa krisis tidak akan berkembang semakin besar dan intens," tulisnya di platform X, seraya mendesak pemerintah untuk bangun dan menyadari masalah tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama