Pakistan Calonkan Trump untuk Nobel Perdamaian, India Bantah Peran Mediasi
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Pakistan pada Sabtu (21/6/2025) mengusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai kandidat Nobel Perdamaian 2026 atas perannya meredakan konflik bersenjata India-Pakistan pada Mei 2025.
Langkah ini menarik perhatian internasional, terutama karena dilakukan di tengah ketegangan global, termasuk konflik antara Israel dan Iran. Analis menduga langkah ini juga bertujuan memengaruhi kebijakan Trump terkait kemungkinan serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.
1. Trump diklaim berperan dalam gencatan senjata India-Pakistan
Konflik India-Pakistan meletus setelah serangan teroris di Pahalgam, Jammu dan Kashmir, pada 22 April 2025, yang menewaskan 26 orang. India merespons dengan Operasi Sindoor pada 7 Mei, menyerang kamp militan di wilayah Pakistan. Pertempuran berlangsung selama empat hari hingga gencatan senjata diumumkan pada 10 Mei.
Trump mengklaim telah memediasi kesepakatan damai tersebut. Pemerintah Pakistan menyebut Trump berperan krusial.
“Presiden Trump menunjukkan keberanian strategis dan diplomasi luar biasa, mencegah konflik nuklir yang bisa berujung katastrofi,” kata juru bicara pemerintah Pakistan.
Namun, India membantah peran AS.
“Trump memang berbicara dengan Perdana Menteri (Narendra) Modi dan pemerintah Pakistan. Tapi India tidak pernah menerima mediasi pihak ketiga,” ujar Sekretaris Luar Negeri India Vikram Misri.
2. Manuver politik di balik nominasi
Usulan Nobel diumumkan setelah pertemuan Trump dengan Kepala Angkatan Darat Pakistan, Field Marshal Asim Munir, di Gedung Putih, pada Rabu (18/6/2025). Pertemuan itu menjadi sorotan karena dilakukan tanpa kehadiran pejabat sipil AS, menandai momen diplomatik penting bagi Islamabad.
Analis Mushahid Hussain menyebut langkah Pakistan sebagai upaya memperbaiki hubungan dengan AS.
“Trump baik untuk Pakistan. Nominasi ini merupakan bentuk apresiasi atas upayanya menjaga stabilitas regional,” katanya, dikutip dari The Guardian.
Namun, tak sedikit pihak yang mengkritik. Analis keamanan Ayesha Siddiqa menilai nominasi ini sebagai taktik strategis.
“Pakistan mengutuk agresi Israel terhadap Iran. Usulan ini bisa jadi cara untuk menahan Trump agar tidak mendukung serangan lebih lanjut terhadap fasilitas nuklir Iran,” ujarnya, dilansir NBC News.
3. Respons global dan kontroversi
Nominasi Trump menuai reaksi keras di dalam dan luar Pakistan. Mantan Duta Besar Pakistan untuk PBB, Maleeha Lodhi, menilai langkah ini bertentangan dengan aspirasi rakyat.
“Merekomendasikan Trump, pendukung genosida di Gaza, adalah keputusan yang keliru,” tulis Lodhi di X, dikutip dari India Today.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton juga menyindir motivasi Trump.
“Dia terobsesi dengan Nobel sejak Obama memenangkannya. Tapi dia tidak akan mendapatkannya, baik karena India-Pakistan maupun konflik lain seperti Ukraina,” katanya, dilansir The Tribune.
Nominasi ini diprediksi memicu perdebatan baru soal peran AS di Asia Selatan dan Timur Tengah serta kriteria penghargaan Nobel Perdamaian.