Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Kolombia (unsplash.com/ Flavia Carpio)
bendera Kolombia (unsplash.com/ Flavia Carpio)

Intinya sih...

  • Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menuding serangan-serangan tersebut dilakukan oleh faksi kelompok Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang menolak perjanjian damai 2016.

  • Tersangka merupakan anggota EMC (Estado Mayor Central), federasi pecahan dari kelompok FARC dan berada di bawah kendali jaringan pengedar narkoba.

  • Perdagangan narkoba jadi salah satu pemicu kekerasan di Kolombia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 18 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam dua serangan terpisah di Kolombia. Tragedi ini semakin memperparah krisis keamanan yang dialami negara tersebut dalam beberapa dekade terakhir.

Pada Kamis (21/8/2025) sore, sebuah bom mobil meledak di jalanan kota barat Cali, menewaskan enam orang dan melukai lebih dari 60 lainnya. Saksi mata mengatakan serangan itu menargetkan Sekolah Penerbangan Militer Marco Fidel Suarez.

"Terdengar suara ledakan yang sangat dahsyat di dekat pangkalan udara," ujar saksi mata, dikutip dari BBC.

Beberapa jam sebelumnya, sebuah helikopter polisi ditembak jatuh oleh drone di munisipalitas Amalfi, Departemen Antioquia. Sedikitnya 12 petugas tewas dan beberapa lainnya terluka.

1. Faksi FARC dituding bertanggung jawab atas serangan tersebut

Dilansir dari Al Jazeera, Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menuding serangan-serangan tersebut dilakukan oleh faksi kelompok Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang menolak perjanjian damai 2016.

Dalam pernyataan di platform X, Petro menjelaskan bahwa helikopter polisi tersebut diserang ketika sedang menjalankan untuk memberantas ladang koka, yang merupakan bahan dasar kokain.

Presiden awalnya menyalahkan Klan Teluk, kartel narkoba terbesar yang masih aktif di Kolombia, atas serangan terhadap helikopter tersebut. Ia menilai serangan itu merupakan balasan atas penyitaan kokain yang diduga milik kelompok tersebut.

2. Polisi telah menahan tersangka bom mobil

Dalam unggahan berikutnya di media sosial, Petro membagikan foto seorang tersangka terkait serangan bom mobil di Cali. Ia mengatakan bahwa tersangka merupakan anggota EMC (Estado Mayor Central), federasi pecahan dari kelompok FARC dan berada di bawah kendali jaringan pengedar narkoba.

Petro menyatakan akan mengajukan permintaan agar Klan Teluk dan faksi bersenjata lainnya dikategorikan sebagai teroris dan diburu di mana pun di dunia.

Sementara itu, Wali Kota Cali, Alejandro Eder, memberlakukan darurat militer dan melarang truk-truk besar memasuki kota tersebut untuk sementara waktu. Ia juga mengimbau masyarakat untuk memberikan informasi terkait insiden tersebut dengan imbalan sebesar 10 ribu dolar AS (sekitar Rp163 juta).

3. Perdagangan narkoba jadi salah satu pemicu kekerasan di Kolombia

Dalam beberapa bulan terakhir, Kolombia mengalami lonjakan kekerasan bersenjata yang melibatkan bentrokan antara pasukan keamanan dengan faksi kelompok pemberontak, paramiliter, maupun geng narkoba. Perdagangan narkoba menjadi salah satu faktor utama yang mendorong eskalasi ini.

Budidaya daun koka terus meningkat di Kolombia, salah satu produsen kokain terbesar di dunia. Menurut laporan terbaru dari Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), luas area perkebunan koka di negara itu bahkan mencapai rekor 253 ribu hektare pada 2023.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team