Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
kantor Microsoft (pixabay.com/trazika)
kantor Microsoft (pixabay.com/trazika)

Jakarta, IDN Times - Microsoft telah memecat dua karyawannya karena menggelar acara untuk mengenang warga Palestina yang terbunuh dalam perang di Israel di Gaza. Acara itu dilakukan tanpa izin di kantor pusat perusahaan tersebut di Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Associated Press, kedua karyawan tersebut mengatakan bahwa mereka dipecat melalui panggilan telepon pada Kamis (24/10/2024) malam, beberapa jam setelah acara itu digelar di kampus Microsoft di Redmond, Washington.

1. Microsoft sebut pemecatan dilakukan berdasarkan kebijakan internal

Keduanya merupakan merupakan anggota koalisi karyawan bernama “No Azure for Apartheid”, yang menentang penjualan teknologi komputasi awan Microsoft kepada pemerintah Israel.

Namun, mereka berpendapat bahwa acara pada Kamis tersebut serupa dengan kampanye donasi bagi orang-orang yang membutuhkan yang pernah disetujui oleh Microsoft.

“Kami memiliki banyak anggota komunitas di Microsoft yang kehilangan keluarga, teman, atau orang terkasih. Namun, Microsoft benar-benar gagal menyediakan ruang bagi kami untuk berkumpul, berbagi duka, dan menghormati kenangan orang-orang yang sudah tidak bisa bersuara," kata Abdo Mohamed, seorang peneliti dan ilmuwan data. 

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat, Microsoft menyampaikan bahwa mereka telah mengakhiri hubungan kerja dengan beberapa individu sesuai dengan kebijakan internal.

"Kami tetap berdedikasi untuk menjaga lingkungan kerja yang profesional dan penuh hormat. Karena pertimbangan privasi dan kerahasiaan, kami tidak dapat memberikan rincian spesifik," tambahnya.

2. Acara bertujuan menyoroti keterlibatan Microsoft dalam genosida di Gaza

Mohamed, yang berasal dari Mesir, mengatakan bahwa ia perlu mendapatkan pekerjaan baru dalam dua bulan ke depan untuk menghindari deportasi.

Karyawan lainnya yang dipecat, Hossam Nasr, mengungkapkan bahwa tujuan dari acara tersebut adalah menghormati para korban genosida Palestina di Gaza sekaligus menyoroti keterlibatan Microsoft dalam genosida tersebut akibat penggunaan teknologinya oleh militer Israel.

Ia menambahkan, pemecatannya diumumkan di media sosial oleh kelompok pengawas Stop Antisemitism lebih dari satu jam sebelum ia menerima telepon dari Microsoft. Beberapa bulan lalu, kelompok yang sama pernah meminta CEO Microsoft, Satya Nadella, untuk mengambil tindakan terhadap Nasr karena sikapnya terhadap Israel.

Nasr, yang berasal dari Mesir dan merupakan lulusan Harvard University pada 2021, juga merupakan salah satu penyelenggara Alumni Harvard untuk Palestina

3. Lebih dari 50 karyawan Google juga dipecat awal tahun ini

Awal tahun ini, Google juga memecat lebih dari 50 karyawannya setelah terjadinya protes terkait penyediaan teknologi oleh perusahaan tersebut kepada pemerintah Israel di tengah perang Gaza.

Pemecatan dipicu oleh ketegangan internal dan aksi protes di kantor-kantor Google yang berkaitan dengan “Project Nimbus". Proyek senilai 1,2 miliar dolar AS (sekitar Rp18 triliun) itu ditandatangani pada 2021 untuk menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan bagi pemerintah Israel melalui Google dan Amazon.

Sedikitnya 42.847 warga Palestina telah tewas dan 100.544 lainnya luka-luka akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Konflik terjadi terjadi setelah kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.139 orang dan menyebabkan lebih dari 200 lainnya disandera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama