Serangan Udara Israel di Lebanon Tewaskan 3 Jurnalis

Jakarta, IDN Times - Serangan Israel di Lebanon tenggara, pada Jumat (25/10/2024), menghantam wisma tamu dan menewaskan tiga orang jurnalis. Serangkaian rumah kecil yang disewa oleh berbagai media yang meliput perang menjadi puing-puing. Mobil-mobil bertuliskan "PRESS" terbalik dan tertutup reruntuhan.
Ini merupakan salah satu serangan udara langka dan terjadi di wilayah yang digunakan media untuk meliput perang. Israel mengatakan serangan itu kini sedang ditinjau. Mereka tidak mengeluarkan peringatan sebelum serangan dilakukan.
1. Lebanon sebut serangan Israel sebagai kejahatan perang
Tiga jurnalis yang gugur tersebut adalah operator kamera Ghassan Najjar dan Mohamed Reda dari saluran berita Al Mayadeen. Satu korban lagi adalah operator kamera Wissam Qassem dari Al-Manar.
Dilansir BBC, kompleks wisma tamu yang diserang Israel berada di Hasbaya dan digunakan oleh lebih dari selusin wartawan dan tujuh organisasi media sebagai pangkalan. Halamannya berisi kendaraan yang jelas-jelas bertuliskan "PRESS".
Menteri Informasi Lebanon mengatakan, serangan itu disengaja dan menggambarkannya sebagai kejahatan perang.
"Semua pihak resmi diberitahu bahwa rumah ini digunakan sebagai rumah singgah bagi jurnalis. Kami telah berkoordinasi dengan mereka semua," kata jurnalis televisi Al-Jadeed dalam siaran langsungnya, yang tubuhnya dipenuhi debu.
2. CPJ menuntut penyelidikan independen
Israel mengeluarkan pernyataan beberapa jam setelah serangan tersebut. Mereka mengaku telah menyerang bangunan militer milik kelompok Hizbullah di Hasbaya karena tempat teroris beroperasi.
Dilansir Associated Press, Israel tidak mengeluarkan peringatan sebelum serangan tersebut. Mereka kemudian mengatakan bahwa serangan itu sedang ditinjau. Serangan terbaru Israel menjadi salah satu catatan dari rangkaian serangan terhadap jurnalis yang meliput perang di Gaza dan Lebanon.
Committee to Protect Journalists (CPJ) terkejut dengan pembunuhan itu. Mereka menyerukan dilakukan penyelidikan independen.
"CPJ sangat marah atas serangan udara mematikan Israel lainnya terhadap jurnalis, kali ini menghantam kompleks yang menampung 18 anggota pers di Lebanon selatan," kata Carlos Martinez de la Serna, direktur program organisasi CPJ.
3. Pengakuan para saksi

Jurnalis kerap menjadi korban dalam meliput perang di Gaza dan Lebanon. Pada November tahun lalu, dua wartawan televisi Al Mayadeen tewas dalam serangan pesawat nirawak, yang diduga dilakukan secara sengaja.
Dilansir Al Jazeera, sebulan sebelumnya, penembakan Israel di Lebanon juga menewaskan videografer Reuters Issam Abdallah, dan melukai jurnalis AFP serta Al Jazeera.
CPJ mengatakan, pihaknya telah menghitung sebanyak 128 jurnalis tewas sejak perang dilancarkan Israel pada Oktober lalu.
Serangan terbaru Israel, menurut jurnalis Al Jazeera Imran Khan yang berada di dekat lokasi kejadian, terjadi sekitar pukul 3:30 dini hari.
"Mereka hanyalah jurnalis yang sedang tidur di tempat tidur setelah seharian meliput konflik," katanya.
Yumna Fawaz, jurnalis dari stasiun MTV Lebanon, mengatakan bahwa dia terbangun karena atap rumah jatuh menimpa kepalanya. Dia mengalami cedera ringan.
"Penargetan ini menghancurkan seluruh kompleks. Semua rumah susun hancur dan atapnya runtuh menimpa kepala kami," katanya.