Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi persiapan akomodasi, visa dan dokumen lainnya ( pexels.com/@n-voitkevich )
ilustrasi persiapan akomodasi, visa dan dokumen lainnya ( pexels.com/@n-voitkevich )

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 2 mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (AS) dikabarkan ditangkap oleh petugas imigrasi (ICE). Mereka ditahan untuk dideportasi.

Penahanan keduanya dilaporkan karena alasan politik. Pasalnya, keduanya mengikuti demonstrasi Black Lives Matter.

Dikutip dari CBS News, Selasa (15/4/2025), Agen ICE menahan Aditya Harsono yang berusia 33 tahun di Marshall, Minnesota, beberapa hari setelah visa pelajarnya secara mendadak dicabut.

Pengacaranya, Sarah Gad, prihatin dengan tren yang meresahkan yang menurutnya berdampak pada pelajar internasional di sini dengan visa F1.

1. Visa pelajarnya dicabut terlebih dulu

Statue of Liberty (pixabay.com/Filip Filipovic)

Gad mengatakan, pada 23 Maret visa pelajar Harsono telah dicabut. Ia kemudian ditangkap agen ICE berpakaian preman empat hari kemudian.

Gad mengatakan pencabutan tersebut dilaporkan berdasarkan hukuman pelanggaran ringan atas kerusakan properti dari 2022. Ia yakin pandangan politik Harsono menjadikannya sasaran.

2. Harsono protes pembunuhan George Floyd

Harsono memprotes pembunuhan George Floyd dan ditangkap karena perkumpulan yang melanggar hukum. Akhirnya, kasus itu dibatalkan oleh jaksa penuntut demi kepentingan keadilan.

Floyd merupakan warga kulit hitam AS yang tewas di tangan polisi negara itu. Kematiannya membawa protes di seluruh dunia untuk berlaku lebih adil kepada semua orang, apapun warna kulitnya.

Karenanya, protes tersebut bernama 'Black Lives Matters'.

3. Ratusan mahasiswa internasional di AS dicabut visa pelajarnya

gedung kampus Harvard. (unsplash.com/Somesh Kesarla Suresh)

Pemerintahan AS dibawah Donald Trump menggalakkan kebijakan imigrasi. Awalnya, ia bersumpah untuk mendeportasi ‘jutaan’ migran tidak berdokumen lengkap dalam masa jabatan keduanya.

Namun, kemudian berlanjut hingga ke mahasiswa asing yang belajar di Negeri Paman Sam tersebut. Terutama mereka yang tidak sejalan dengan politiknya.

Editorial Team