Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ledakan (unsplash.com/Stephen Radford)

Intinya sih...

  • 20 orang tewas akibat ledakan bom di Suriah utara, termasuk 14 perempuan dan 3 anak-anak.
  • Serangan berkelanjutan di Manbij dalam sebulan terakhir, merusak kegiatan pendidikan, pertanian, dan mata pencaharian.
  • Kantor Presiden baru Suriah mengecam serangan teroris tersebut dan berjanji akan menindak tegas para pelaku. Pasukan Demokratik Suriah juga mengutuk serangan itu.

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 20 orang tewas akibat ledakan bom di Suriah utara pada Senin (3/2/2025). Ini menjadi serangan paling mematikan di negara tersebut sejak tumbangnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024.

Pertahanan Sipil Suriah, atau yang juga dikenal sebagai White Helmets, mengatakan sebuah mobil yang berisi bom meledak di jalan utama di pinggiran kota Manbij, ketika sebuah truk yang mengangkut para pekerja pertanian melintas di dekatnya. Korban tewas termasuk 14 perempuan, dengan 3 di antaranya masih anak-anak.

Sebanyak 15 perempuan lainnya juga terluka akibat ledakan itu. Beberapa di antaranya berada dalam kondisi kritis. Sejauh ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

1. Serangan mobil ketujuh di Manbij dalam sebulan terakhir

Insiden tersebut merupakan serangan bom mobil ketujuh yang terjadi di Manbij dalam sebulan terakhir. Pada Sabtu (1/2/2025), serangan serupa juga menewaskan 4 warga sipil tewas dan melukai 9 lainnya di kota tersebut.

“Serangan berkelanjutan di wilayah sipil Suriah dan penargetan warga sipil saat mereka berusaha pulih dari dampak perang rezim Assad yang telah runtuh selama sekitar 14 tahun mengancam nyawa mereka, memperparah tragedi kemanusiaan, merusak kegiatan pendidikan dan pertanian serta mata pencaharian, serta memperburuk situasi kemanusiaan di Suriah,” kata Munir Mustafa, wakil direktur White Helmets, dikutip dari DW.

Manbij terletak di pedesaan Aleppo, sekitar 30 kilometer di selatan perbatasan Turki dengan Sungai Efrat di sebelah timur.

2. Pemerintahan Presiden al-Sharaa kecam serangan tersebut

Dilansir Al Jazeera, kantor Presiden baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, mengecam serangan teroris tersebut dan berjanji akan menindak tegas para pelaku.

“Kejahatan ini tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa hukuman berat bagi pelakunya, sehingga mereka menjadi contoh bagi siapa pun yang berpikir untuk mengancam keamanan Suriah atau membahayakan rakyatnya,” kata pihak kepresidenan.

Komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah aliansi pimpinan Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan menguasai sebagian besar wilayah timur laut Suriah, juga mengutuk serangan itu. Ia mengatakan bahwa pengeboman tersebut merupakan tindakan kriminal yang dapat mengancam kesatuan struktur nasional.

Sebelumnya, kepala media SDF mengklaim bahwa serangan bom semacam itu merupakan salah satu taktik yang digunakan oleh faksi-faksi yang didukung Turki, atau yang dikenal sebagai Tentara Nasional Suriah (SNA). Kedua kelompok ini telah berperang di wilayah Manbij selama 2 bulan terakhir.

SNA tidak memberikan komentar terkait tuduhan itu. Namun, Dewan Islam Suriah yang berbasis di Turki menuduh SDF berada di balik serangan tersebut.

3. SDF dan SNA saling berebut kontrol atas Manbij

Ketika rezim Assad runtuh, SNA melancarkan serangan untuk merebut wilayah sebelah barat Sungai Eufrat, yang telah dikuasai SDF sejak mereka mengusir kelompok ISIS pada 2016.

SNA mengambil alih Manbij pada 9 Desember 2024, setelah pasukan dari Dewan Militer Manbij yang berafiliasi dengan SDF munudr. Namun sejak itu, SDF berusaha merebut kembali wilayah tersebut dengan melancarkan serangan balasan.

Turki berusaha mengusir SDF dari perbatasannya karena menganggap milisi Kurdi yang mendominasi aliansi tersebut, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebagai organisasi teroris. Ankara mengatakan bahwa YPG adalah perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah memperjuangkan otonomi Kurdi di Turki selama beberapa dekade, dilansir dari BBC.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah