Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi migran (unsplash.com/Barbara Zandoval)
ilustrasi migran (unsplash.com/Barbara Zandoval)

Jakarta, IDN Times - Lebih dari 230 migran dari Afrika Utara tiba di Pulau Kreta, Yunani, setelah menempuh perjalanan berbahaya melintasi Laut Mediterania dengan perahu kecil.

Akhir pekan yang lalu, tercatat enam perjalanan terpisah yang membawa migran menuju pulau tersebut, jauh melebihi jumlah migran yang mengambil rute biasa dari Turki ke Kepulauan Aegean di sebelah timur.

Yunani pada Senin (7/10/2024) mengungkapkan bahwa kedatangan migran ini menandakan peningkatan risiko perjalanan berbahaya dari Libya menuju Kreta, yang kini menjadi tujuan baru bagi mereka yang mencari suaka.

Otoritas setempat sedang mempertimbangkan untuk mendirikan pusat pemrosesan migran yang didanai negara guna membantu menangani lonjakan jumlah migran.

1. Kreta jadi tujuan baru bagi migran

Sejak awal tahun, Pulau Kreta telah muncul sebagai salah satu tujuan utama bagi migran yang nekat menyeberangi Laut Mediterania dari Afrika Utara, terutama dari pelabuhan Tobruk di Libya.

Para migran mengaku membayar hingga 9 ribu euro (154,7 juta rupiah) kepada jaringan penyelundup untuk bisa menyeberang. Perjalanan yang memakan waktu setidaknya dua hari ini dinilai sangat berisiko, mengingat kondisi perahu yang sering kali tidak layak laut.

"Kami berangkat dari Libya dengan penuh harapan, meskipun sadar akan bahaya yang kami hadapi. Tapi, hidup di negara kami lebih buruk," kata salah satu migran asal Mesir yang berhasil tiba di Kreta, dikutip dari Associated Press.

Pemerintah Yunani saat ini sedang mempertimbangkan opsi untuk membangun pusat pemrosesan migran di pulau ini guna mempermudah proses penyambutan dan pencatatan para migran yang tiba. Pulau yang dihuni sekitar 625 ribu orang ini dinilai membutuhkan bantuan lebih banyak untuk menangani krisis migran.

2. Lonjakan migran berasal dari Mesir, Sudan, dan Bangladesh

ilustrasi migran (unsplash.com/Barbara Zandoval)

Dari sejumlah migran yang tiba di Kreta, kebanyakan berasal dari Mesir, Sudan, dan Bangladesh. Mereka mengungkapkan alasan yang serupa, yakni konflik, kemiskinan, dan tidak adanya harapan di negara asal. Kondisi ini memaksa mereka untuk meninggalkan rumah dan keluarga demi mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.

Banyak migran melaporkan bahwa perjalanan tersebut bukan hanya menakutkan, tetapi juga penuh ketidakpastian. Tidak sedikit perahu yang menghadapi masalah di tengah laut, seperti yang terjadi pada Sabtu (5/10/2024) malam, ketika sebuah kapal dagang menyelamatkan 55 migran yang perahunya mengalami kerusakan di selatan Kreta.

Selain itu, dalam dua hari terakhir, setidaknya 100 migran juga tiba di Kreta, meningkatkan kekhawatiran otoritas Yunani akan gelombang migran yang terus bertambah. Hingga saat ini, Yunani telah menahan 12 orang yang dicurigai sebagai anggota jaringan penyelundup manusia.

3. Persiapan Yunani hadapi peningkatan arus migran

ilustrasi migran (unsplash.com/Julie Ricard)

Yunani, yang selama ini menjadi pintu masuk utama bagi migran dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia menuju Uni Eropa, sedang bersiap menghadapi lonjakan migran yang lebih besar. Kekhawatiran soal meningkatnya arus pengungsi yang melarikan diri dari konflik di Lebanon dan Gaza juga semakin nyata.

Yunani melaporkan bahwa rute dari Turki menuju kepulauan di bagian timur, meski lebih singkat, semakin sulit ditembus karena patroli penjaga pantai yang lebih intens. Sementara itu, rute dari Libya menuju Kreta tetap menjadi opsi bagi migran yang putus asa mencari jalan keluar dari kesulitan hidup mereka, meski jalurnya berbahaya.

"Kami telah meningkatkan patroli dan langkah pencegahan di laut, tetapi jumlah migran yang terus bertambah menunjukkan bahwa tantangan ini belum berakhir," kata seorang pejabat penjaga pantai Yunani, dikutip dari ABC News.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team