Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera India (pexels.com/Studio Art Smile)
bendera India (pexels.com/Studio Art Smile)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 29 orang yang diduga pemberontak Maois dilaporkan tewas dalam baku tembak dengan pasukan keamanan India di negara bagian Chhattisgarh pada Selasa (16/4/2024). Hal ini terjadi tiga hari menjelang pemilu nasional, di mana Perdana Menteri Narendra Modi berupaya mencari masa jabatan ketiga.

Baku tembak terjadi sekitar pukul dua siang di hutan Hapatola di distrik Kanker. Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF) dan polisi melancarkan penggerebekan setelah mendapat informasi tentang keberadaan pemberontak Maois di wilayah tersebut.

Para pemberontak yang tewas termasuk seorang pemimpin senior, Shankar Rao, yang kepalanya dihargai 2,5 juta rupee (sekitar Rp485 juta). Sedikitnya tiga anggota pasukan keamanan terluka dalam baku tembak tersebut. Polisi juga menyita beberapa senjata.

1. India telah memerangi pemberontak Maois sejak 1967

Dilansir Associated Press, pasukan keamanan India telah memerangi pemberontak Maois di beberapa negara bagian tengah dan utara sejak 1967, ketika para militan, yang juga dikenal sebagai Naxalite, menuntut lebih banyak lapangan kerja, tanah dan kekayaan dari sumber daya alam untuk komunitas adat miskin di  wilayah tersebut.

India mengatakan bahwa para pemberontak, yang terinspirasi oleh pemimpin revolusioner China Mao Zedong, merupakan ancaman keamanan dalam negeri yang paling serius di negara itu.

Para pemberontak aktif di beberapa wilayah di India, terutama di Chhattisgarh, yang merupakan salah satu negara bagian termiskin di India meskipun memiliki kekayaan mineral yang besar. Mereka sering menyerang pasukan keamanan dan pejabat pemerintah.

Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, juga telah berjanji untuk menghilangkan pemberontakan di negaranya, dan menyebut para militan sebagai musuh terbesar pembangunan, perdamaian serta masa depan generasi muda.

“Kami bertekad untuk membebaskan negara dari momok Naxalisme,” tulis Shah di platform sosial X.

2. Pemberontak disebut ingin ganggu pemilu

Pada Selasa malam, Ketua Menteri Chhattisgarh, Wisnu Deo Sai, memuji pasukan keamanan atas keberhasilan operasi mereka. Dia mengatakan bahwa penggerebekan merupakan keberhasilan terbesar dalam perjuangan negara melawan pemberontak Maois.

“Saya mengucapkan selamat kepada semua orang yang terlibat dalam operasi ini dan salut atas keberanian mereka. Para penganut Maois tidak percaya pada demokrasi dan ada kemungkinan mereka ingin mempengaruhi pemilu," ujar Sai, dikutip NDTV.

Ia juga mengatakan bahwa kelompok Naxalite berusaha mengganggu proses pemilu.

“Naxalite sepertinya ingin mengganggu proses pemilu di wilayah Bastar pada 19 April. Lokasi bentrokan dekat dengan daerah pemilihan Bastar dan Kanker Lok Sabha. Di Bastar, pemilu akan dilaksanakan pada 19 April. Di masa lalu, mereka telah berupaya untuk mengganggu pemungutan suara," ujar dia. 

3. Pemberontak disebut sudah berkumpul untuk merencanakan kekerasan

Polisi mengatakan, pihaknya mendapat informasi bahwa sebelum pemungutan suara dimulai, para pemberontak sudah berkumpul dan berencana melancarkan kekerasan.

“29 orang Naxalite telah terbunuh, di mana 3 orang Naxalite telah diidentifikasi sejauh ini. Seorang inspektur BSF dan seorang polisi Kanker terluka dalam insiden tersebut. Keduanya telah dirawat di rumah sakit untuk perawatan. Mereka berencana mengganggu pemungutan suara di Narayanpur dan Kanker,” kata Inspektur polisi Kanker, Indira Kalyan Elesela.

Sementara itu, Wakil Ketua Menteri Chhattisgarh, Vijay Sharma, menjenguk petugas keamanan yang terluka dalam penggerebekan tersebut. Mereka dirawat di rumah sakit swasta di ibu kota negara bagian, Raipur.

“Mereka sudah keluar dari bahaya dan akan dioperasikan pada Rabu. Pemerintah terbuka untuk melakukan pembicaraan (dengan Naxalite) di setiap tingkat,” kata Sharma.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah