Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pekerja bantuan sedang memberikan perawatan di Afrika (The Ethnographer, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
pekerja bantuan sedang memberikan perawatan di Afrika (The Ethnographer, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Korban diserang saat menjalankan tugas atau di rumah.

  • 265 pekerja bantuan terbunuh sejak awal 2025.

  • WHO laporkan lebih dari 800 serangan terhadap layanan kesehatan tahun ini.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Jumlah pekerja bantuan yang terbunuh mencapai rekor tertinggi pada 2024, yakni 383 orang, meningkat 31 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Fakta ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, dalam peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia pada Selasa (19/8/2025).

Dari jumlah tersebut, sebanyak 181 pekerja bantuan tewas akibat serangan Israel di Gaza, sementara 60 lainnya tewas di Sudan. Lebanon, yang dihantam Israel dalam perang dengan Hizbullah tahun lalu, juga mencatat kematian 20 pekerja bantuan.

“Bahkan satu serangan terhadap rekan kemanusiaan merupakan serangan terhadap kita semua dan terhadap masyarakat yang kita layani. Serangan sebesar ini tanpa adanya akuntabilitas adalah sebuah tuduhan memalukan terhadap kelalaian dan sikap apatis komunitas internasional," kata Fletcher, dikutip dari Al Jazeera.

1. Korban diserang saat menjalankan tugas atau di rumah

Pejabat PBB itu mengungkapkan bahwa sebagian besar korban tewas merupakan staf lokal, yang diserang saat menjalankan tugas atau di rumah mereka. Adapun pelaku paling umum dalam pembunuhan tersebut adalah aktor negara.

Selain korban jiwa, sebanyak 308 pekerja bantuan juga dilaporkan terluka, 125 diculik, dan 45 ditahan tahun lalu.

“Sebagai komunitas kemanusiaan, kami menuntut – sekali lagi – agar mereka yang memiliki kekuasaan dan pengaruh bertindak demi kemanusiaan, melindungi warga sipil dan pekerja bantuan serta meminta pertanggungjawaban para pelakunya,” tambah Fletcher.

2. 265 pekerja bantuan terbunuh sejak awal 2025

Sepanjang tahun ini, Basis Data Keamanan Pekerja Bantuan, yang telah menghimpun laporan PBB sejak 1997, mencatat sebanyak 265 pekerja bantuan telah terbunuh hingga 14 Agustus.

Salah satu serangan paling mematikan tahun ini terjadi di kota Rafah, Gaza selatan, ketika 15 tenaga medis dan petugas tanggap darurat tewas ditembak tentara Israel pada 23 Maret. Jenazah mereka kemudian dikuburkan di sebuah kuburan dangkal bersama dengan kendaraan darurat mereka. Petugas PBB dan tim penyelamat baru bisa mencapai lokasi tersebut seminggu kemudian.

Pada April, militer Israel menyatakan bahwa insiden itu terjadi akibat kesalahpahaman operasional dan pelanggaran perintah. Menurut hukum humaniter internasional, para pekerja bantuan seharusnya mendapat perlindungan. Namun, para pakar menilai hanya sedikit kasus semacam ini yang benar-benar dibawa ke pengadilan.

“Para pekerja kemanusiaan harus dihormati dan dilindungi. Mereka tidak boleh menjadi sasaran. Aturan ini tidak bisa ditawar, berlaku bagi semua pihak dalam konflik, kapan pun dan di mana pun. Namun, garis merah terus dilanggar tanpa adanya pertanggungjawaban." kata Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dikutip dari DW.

3. WHO laporkan lebih dari 800 serangan terhadap layanan kesehatan tahun ini

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan telah telah memverifikasi lebih dari 800 serangan terhadap layanan kesehatan di 16 wilayah sepanjang tahun ini. Serangan-serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.110 tenaga kesehatan dan pasien, serta melukai ratusan lainnya.

“Setiap serangan menimbulkan kerugian yang berkepanjangan, membuat seluruh masyarakat kehilangan layanan kesehatan ketika mereka sangat membutuhkannya, membahayakan penyedia layanan kesehatan dan melemahkan sistem kesehatan yang sudah terbebani,” kata WHO.

Hari Kemanusiaan Sedunia diperingati untuk mengenang Kepala HAM PBB, Sergio Vieira de Mello, dan 21 pekerja kemanusiaan lainnya tewas dalam pengeboman markas PBB di ibu kota Irak, Baghdad, pada 2003.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team