Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Anggota Tetap DK PBB Kutuk Rencana Israel Kuasai Gaza

Reruntuhan di Gaza.
Reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)
Intinya sih...
  • Israel didesak batalkan rencananya menguasai Gaza.
  • Rusia, China, Inggris, dan Prancis mengecam rencana Israel kuasai Gaza pada sidang darurat DK PBB kemarin.
  • Inggris dan Prancis menilai keputusan Israel merupakan sebuah kesalahan besar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Empat anggota tetap Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam rencana Israel untuk memperluas operasi militer di Gaza. Kecaman dari Rusia, China, Inggris, dan Prancis ini disampaikan dalam pertemuan darurat DK PBB yang digelar pada Minggu (10/8/2025).

Pertemuan diadakan sebagai respons atas rencana kabinet keamanan Israel untuk menduduki Kota Gaza dan memindahkan paksa warganya. Amerika Serikat (AS) menjadi satu-satunya anggota tetap yang membela tindakan Israel dengan dalih hak untuk membela diri.

1. Israel didesak batalkan rencananya menguasai Gaza

Rusia menyebut rencana Israel sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan pengabaian terhadap seruan global. Moskow juga menilai Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa'ar, munafik karena telah mengetahui rencana tersebut saat membahas isu sandera di PBB.

Senada dengan Rusia, China turut mendesak Israel untuk segera menghentikan langkah berbahaya tersebut. Beijing menegaskan bahwa Gaza adalah bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Palestina. Sementara itu, Inggris dan Prancis menilai keputusan Israel merupakan sebuah kesalahan besar.

"Perluasan operasi militer tidak akan mengakhiri konflik ini. Itu tidak akan menjamin pembebasan para sandera, itu hanya akan memperdalam penderitaan warga sipil Palestina di Gaza," kata Wakil Tetap Inggris untuk PBB, James Kariuki, dikutip dari situs pemerintah Inggris.

2. Satu juta warga Palestina berisiko diusir dari tanahnya sendiri

Pejabat PBB memperingatkan bahwa implementasi rencana Israel dapat memicu bencana lain di Gaza. Pemindahan paksa diperkirakan akan berdampak pada sekitar satu juta warga Palestina yang berada di Kota Gaza.

Krisis kemanusiaan di wilayah itu sudah sangat parah, dengan lebih dari 61 ribu warga Gaza tewas dalam konflik yang telah berlangsung selama 22 bulan. Situasi diperburuk dengan tewasnya lebih dari 500 pekerja kemanusiaan sejak eskalasi dimulai.

"Apa pun jalur kehidupan yang tersisa, kini telah runtuh akibat konflik yang berkepanjangan, pengungsian paksa, dan kurangnya bantuan. Ini bukan lagi ancaman kelaparan- kelaparan sudah terjadi," ujar pejabat urusan kemanusiaan PBB, Ramesh Rajasingham, dilansir UN News.

Melihat situasi ini, Inggris mengumumkan bantuan tambahan sebesar 11,4 juta dolar AS atau sekitar Rp185 miliar untuk dana kemanusiaan PBB. London juga mendesak Israel untuk segera mencabut seluruh pembatasan aliran bantuan ke Gaza.

3. China dukung solusi dua negara sebagai jalan terbaik

Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/Yan Ke)
Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/Yan Ke)

Menurut PBB, tidak ada solusi militer untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Badan tersebut menyerukan gencatan senjata penuh, segera, dan permanen, serta pembebasan semua sandera tanpa syarat. Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, menyatakan, solusi dua negara adalah jalan keluar terbaik untuk perdamaian Israel-Palestina.

"Komunitas internasional harus mengintensifkan upaya untuk memajukan proses politik solusi dua negara dan bekerja sama untuk menentang tindakan sepihak apa pun yang merusak fondasinya," ujar Fu, dilansir Global Times.

Negara-negara seperti Denmark, Yunani, dan Slovenia juga bergabung dengan Inggris dan Prancis mendesak Israel membatalkan rencananya. Mereka khawatir rencana tersebut akan melanggar hukum kemanusiaan internasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us