Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak-anak belajar (unsplash.com/Andrew Ebrahim)

Jakarta, IDN Times - Badan anak-anak PBB (UNICEF), pada Jumat (28/2/2025), melaporkan bahwa lebih dari 500 ribu anak di Lebanon putus sekolah akibat konflik dan krisis ekonomi yang melanda negara itu.

Israel membunuh ribuan warga sipil Lebanon, termasuk ratusan anak-anak, selama 11 bulan perang melawan kelompok Hizbullah. Banyak sekolah hancur dan rusak berat akibat perang, sementara ratusan lainnya digunakan sebagai tempat berlindung bagi ribuan orang yang mengungsi.

Meskipun gencatan senjata Israel-Hizbullah telah disepakati pada November 2024, laporan UNICEF mengungkapkan bahwa lebih dari 25 persen anak di Lebanon masih putus sekolah pada Januari 2025. Sebagian besar orang tua menyebutkan hambatan finansial sebagai faktor utama, dengan biaya sekolah, transportasi, dan perlengkapan lainnya meningkat dua kali lipat sejak 2023.

1. Krisis pangan

Dalam konferensi pers di kantor PBB di Jenewa, wakil perwakilan UNICEF di Lebanon, Ettie Higgins, menyoroti dampak signifikan yang ditimbulkan oleh serangan Israel terhadap masyarakat, terutama anak-anak.

Menurut laporan terbaru UNICEF, anak-anak di Lebanon, khususnya di daerah seperti Baalbek dan Lembah Bekaa, terus menanggung penderitaan besar meskipun adanya gencatan senjata. Daerah padat penduduk ini telah berulang kali menjadi sasaran serangan udara Israel, menyebabkan anak-anak tidak hanya rentan terhadap cedera fisik, namun juga kekurangan makanan.

“Lebih dari separuh anak-anak di bawah usia 2 tahun di wilayah timur Lebanon mengalami krisis pangan yang parah. Angka ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu,” kata Higgins, dilansir dari Anadolu.

2. Setengah juta keluarga berisiko kehilangan dukungan finansial dari badan PBB

Editorial Team

EditorFatimah

Tonton lebih seru di