Tentara Lebanon Temukan Alat Mata-Mata Israel di Perbatasan

Jakarta, IDN Times – Militer Lebanon mengklaim telah menemukan alat mata-mata Israel yang ditanam di sepanjang perbatasan dua negara pada Rabu (26/2/2025). Alat itu terdiri dari sensor dan kamera yang disembunyikan di balik pohon.
“Perangkat tersebut, yang disembunyikan di dalam pohon dan batu, dilengkapi dengan kamera dan sensor,” lapor Anadolu Agency.
Peralatan itu ditemukan oleh pasukan khusus ketika mengadakan operasi survei teknik di sejumlah lokasi di Lebanon Selatan.
Militer menerbitkan foto-foto peralatan pengawasan itu dan mengatakan unit-unit tersebut bekerja. Mereka kemudian membongkarnya.
1. Israel terus memberikan ancaman bagi Hizbullah
Kendati Israel dan Hizbullah kini menyetujui gencatan senjata, kedua pihak masih saling memantau satu sama lain. Pada Minggu, di pemakanan Mantan Pemimpin Hassan Nasrallah, drone pemantau Israel dikabarkan berputar-putar di atas Beirut. Namun, Hizbullah menyebut drone tersebut bukan milik Israel.
Tak lama setelah itu, empat jet tempur Israel terbang rendah di atas para pelayat. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut tindakan itu sebagai ancaman terbuka bagi siapa pun yang berani mengganggu Israel.
Tindakan itu dikecam oleh pemerintah Iran dan Lebanon. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan bahwa Israel secara jelas melanggar kedaulatan Lebanon, dan hal itu tak bisa dibiarkan.
"Saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran kedaulatan Lebanon oleh jet-jet tempur Israel yang terbang di atas kepala kami, dalam upaya menyedihkan untuk meneror orang-orang yang berkumpul hanya untuk berkabung," kata Aragchi dilansir Iran International.
Di saat yang sama, militer Israel juga merilis video pembunuhan Nasrallah pada 27 September 2024, bersama beberapa komandan kelompok yang didukung Iran lainnya, dalam serangan terhadap markas bawah tanah mereka di Beirut.
2. Israel belum tarik pasukan dari Lebanon

Israel sebelumnya diminta menarik pasukan pada 26 Januari sebagai hasil perjanjian gencatan senjata. Namun, periode itu diperpanjang AS hingga 18 Februari.
Batas waktu kini telah berlalu dan Israel masih menolak untuk sepenuhnya meninggalkan Lebanon. Israel mengklaim akan tetap berada di lima titik strategis di al-Aziyah, al-Awaida, el-Hamames, Jabal Bilat, dan Labbouneh.
Dilansir Al Jazeera, Israel mengklaim tak akan menarik diri hingga tentara Lebanon sepenuhnya melaksanakan kesepakatannya dengan mengerahkan pasukan secara maksimal ke Lebanon Selatan.
Pemerintah Lebanon menentang keberadaan Israel di wilayahnya. Mereka mengatakan Israel harus menarik diri sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.
Namun, Israel mengklaim tindakannya hanya bersifat sementara dan disetujui oleh badan yang dipimpin Amerika Serikat yang memantau gencatan senjata.
3. Gencatan senjata sejak November

Gencatan senjata yang antara Israel dan Hizbullah telah berlaku di Lebanon sejak 27 November. Kesepakatan itu mengakhiri perang lintas perbatasan selama berbulan-bulan antara Israel dan Hizbullah.
Hizbullah kini menyerahkan implementasi gencatan senjata sepenuhnya kepada pemerintah Lebanon. Kelompok tersebut hanya memantau tindakan Israel untuk sementara waktu.
Lebanon telah melaporkan lebih dari seribu pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, termasuk kematian sedikitnya 83 korban dan cedera pada 280 lainnya.
Gencatan senjata tersebut mewajibkan Hizbullah mundur dari perbatasan hingga sungai Lithani. Adapun Israel juga harus mundur dari Lebanon Selatan. Namun, hal itu tak dipatuhi oleh Israel sampai sekarang.