Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi banjir (pixabay.com/charlemagne)
ilustrasi banjir (pixabay.com/charlemagne)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 63 orang tewas dan 290 lainnya terluka akibat hujan deras yang mengguyur provinsi Punjab, Pakistan, sejak Rabu (16/7/2025) pagi. Pihak berwenang mengatakan bahwa sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang runtuh.

Kematian terbaru ini menjadikan total korban jiwa secara nasional hampir mencapai 180 orang sejak musim hujan dimulai pada akhir Juni. Lebih dari setengahnya adalah anak-anak.

Dilansir dari BBC, banjir juga menyebabkan sejumlah jalan tol di Punjab ditutup, sementara puluhan penerbangan terpaksa dibatalkan atau ditunda. Di kota Rawalpindi, pemerintah setempat menetapkan Kamis (17/7/2025) sebagai hari libur demi mendorong masyarakat tetap berada di rumah. Sementara itu, warga yang tinggal di daerah dataran rendah yang rawan banjir telah diminta untuk mengungsi.

1. Hujan deras dan banjir bandang diperkirakan berlanjut hingga akhir pekan

Pada Kamis, Ketua Menteri Provinsi Punjab, Maryam Nawaz menyatakan bahwa status darurat telah diumumkan di sejumlah daerah.

"Lembaga pemerintah bekerja dengan sekuat tenaga," tulisnya di platform X, seraya mengimbau warga untuk senantiasa mematuhi pedoman keselamatan.

Pihak berwenang memperingatkan bahwa hujan deras dan banjir bandang kemungkinan masih akan berlanjut hingga akhir pekan. Ribuan petugas penyelamat telah disiagakan di seluruh provinsi.

2. Sekitar 1.700 orang tewas akibat banjir besar di Pakistan pada 2022

Meski hanya menyumbang kurang dari satu persen emisi gas rumah kaca global, Pakistan merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan suhu, pola cuaca yang tidak menentu, dan perubahan siklus monsun telah memicu meningkatnya frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrem, dilansir dari Arab News.

Pada 2022, banjir besar yang terjadi akibat hujan lebat merendam sepertiga wilayah Pakistan dan menewaskan 1.700 orang. Bencana tersebut juga menimbulkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai lebih dari 30 miliar dolar AS (sekitar Rp490 triliun).

3. Pemerintah dianggap kurang siap hadapi risiko banjir

Pada 2023, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyerukan komunitas internasional untuk membantu Pakistan pulih dari bencana banjir. Ia menyebut negara Asia Selatan itu sebagai korban ganda akibat perubahan iklim dan sistem keuangan global yang bangkrut secara moral.

Terlepas dari risiko iklim yang nyata, sejumlah pakar berpendapat bahwa krisis ini diperparah oleh kegagalan tata kelola yang telah mengakar dan kebijakan publik yang tidak tepat.

Dalam beberapa insiden terbaru, korban jiwa di Punjab dan Khyber Pakhtunkhwa dilaporkan terjadi akibat pembangunan rumah secara ilegal di dekat bantaran sungai, serta banjir bandang yang menghancurkan bangunan yang dibangun tanpa standar konstruksi yang layak.

“Saya tidak bisa mengingat satu pun reformasi kebijakan yang diambil pemerintah setelah banjir tahun 2022, meskipun para menteri dan pejabat lainnya banyak mengumbar janji besar. Reformasi yang berfokus ke dalam, untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di wilayah-wilayah rentan, sama sekali tidak terlihat," kata Ali Tauqeer Sheikh, pakar iklim yang berbasis di Islamabad, dikutip dari Al Jazeera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama