Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
seorang pria memegang bendera Nigeria (unsplash.com/Emmanuel Ikwuegbu)
seorang pria memegang bendera Nigeria (unsplash.com/Emmanuel Ikwuegbu)

Intinya sih...

  • Militer Nigeria berhasil bunuh 30 militan

  • Sebagian besar korban baru saja kembali dari kamp pengungsian

  • Sekitar 40 ribu orang tewas akibat serangan Boko Haram

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 63 orang, termasuk lima tentara, tewas akibat serangan militan di Negara Bagian Borno, Nigeria. Para pelaku diyakini berasal dari kelompok Boko Haram.

Dilansir dari Al Jazeera, serangan itu terjadi di desa Darul Jamal, yang terletak dekat perbatasan dengan Kamerun, pada Jumat (5/9/2025) malam. Warga mengatakan bahwa para pria bersenjata datang dengan sepeda motor, lalu menembak secara membabi buta dan membakar rumah-rumah warga.

“Mereka masuk dari rumah ke rumah, membunuh para pria dan meninggalkan perempuan. Hampir setiap keluarga terdampak,” kata Ketua adat Darul Jama pada Sabtu (6/9/2025). Ia menyebutkan bahwa lebih dari 20 rumah dan 10 bus hancur akibat serangan itu.

1. Militer Nigeria berhasil bunuh 30 militan

Dilansir dari BBC, Angkatan Udara Nigeria menyatakan bahwa pihaknya langsung memburu pelaku setelah menerima laporan serangan di desa tersebut. Sedikitnya 30 militan berhasil dibunuh.

Dalam beberapa bulan terakhir, militer Nigeria telah meningkatkan operasi di Negara Bagian Borno untuk menekan milisi Boko Haram dan kelompok pecahannya, afiliasi ISIS di Provinsi Afrika Barat (ISWAP). Wilayah itu diyakini berada di bawah kendali komandan Boko Haram bernama Ali Ngulde, yang disebut memimpin serangan pada Jumat.

Sementara itu, seorang warga bernama Babagana Mala, yang melarikan diri bersama tentara ke kota Bama yang berjarak 46 km, mengatakan bahwa militer sebenarnya telah mendapat peringatan selama tiga hari tentang keberadaan Boko Haram di sekitar desa. Namun, tidak ada bala bantuan yang dikerahkan.

“Mereka berhasil mengalahkan para tentara, yang kemudian melarikan diri bersama kami ke Bama,” ujarnya

2. Sebagian besar korban baru saja kembali dari kamp pengungsian

Menurut laporan, sebagian besar korban merupakan keluarga yang baru direlokasi dari kamp pengungsian Sekolah Menengah Negeri di Bama, yang ditutup oleh pihak berwenang tahun ini.

“Pemerintah mengatakan bahwa kami akan aman di sini. Sekarang kami harus menguburkan orang-orang kami lagi," tutur Hajja Fati, seorang ibu lima anak yang kehilangan saudara laki-lakinya dalam serangan itu.

Gubernur Borno, Babagana Zulum, menyampaikan keprihatinannya atas tragedi tersebut saat mengunjungi lokasi kejadian pada Sabtu.

“Ini sangat menyedihkan, komunitas ini baru direlokasi beberapa bulan lalu dan mereka sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Kekuatan jumlah tentara Nigeria tidak cukup untuk mengendalikan situasi,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa pasukan baru bernama Forest Guards telah dibentuk untuk memperkuat aparat keamanan di wilayah tersebut.

3. Sekitar 40 ribu orang tewas akibat serangan Boko Haram

Sejak 2009, Boko Haram telah melancarkan pemberontakan berdarah untuk mendirikan kekhalifahan di wilayah timur laut Nigeria. Serangan mereka mengakibatkan sekitar 40 ribu orang tewas dan memaksa lebih dari dua juta lainnya mengungsi. ISWAP, kelompok pecahan Boko Haram, terbentuk pada 2016.

Menurut organisasi nirlaba Good Governance Africa, aktivitas kelompok bersenjata kembali meningkat pada enam bulan pertama 2025. Tercatat ada sekitar 300 serangan yang menewaskan sekitar 500 warga sipil dalam rentang waktu tersebut. Sebagian besar dilakukan oleh ISWAP.

Gelombang kekerasan terbaru ini terjadi ketika negara tetangga, Niger, menarik pasukannya dari satuan tugas multinasional utama, sementara militer Nigeria sendiri kewalahan menghadapi serangan bandit di wilayah barat laut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team