Keamanan Negeri Memburuk, Kabinet Pemerintahan Mali Mengundurkan Diri

Keadaan belum reda pasca konflik antar etnis

Pemerintahan Mali tengah terguncang. Kantor berita Reuters melansir jika sang Perdana Menteri, Souleymane Boubaye Maiga, beserta seluruh jajaran pemerintahannya mengundurkan diri pada hari Kamis (18/4) waktu setempat.

Keputusan ini diambil setelah meletusnya konflik horizontal yang menggemparkan seluruh negeri. Suasana berubah tegang selama empat pekan terakhir, setelah kabar pembantaian 160 penggembala suku Fulani menyeruak.

"Presiden telah menerima permintaan pengunduran diri Perdana Menteri beserta para anggota kabinet pemerintah," tulis sebuah pernyataan dari perwakilan Presiden Ibrahim Boubacar Keita.

1. Perdana Menteri Souleymane Boubaye Maiga beserta kabinet mengundurkan diri usai konflik horizontal pecah selama empat pekan terakhir

Keamanan Negeri Memburuk, Kabinet Pemerintahan Mali Mengundurkan DiriAFP/Michele Cattani

Lebih jauh, Presiden Keita bakal menunjuk seorang Perdana Menteri, termasuk pembentukan pemerintahan baru setelah berkonsultasi lebih dahulu dengan seluruh partai politik di Mali.

Tak dijelaskan secara rinci perihal alasan utama PM Maiga meletakkan jabatan yang diembannya sejak akhir 2017. Namun seluruh anggota DPR telah membahas pada kemungkinan mengajukan mosi tak percaya untuk pemerintah pada Rabu (17/4). Peristiwa pembantaian, kegagalan melucuti milisi bersenjata serta memukul mundur teroris jadi alasan utama para legislator.

2. Respon pemerintah atas pembantaian yang tak sesuai harapan menyulut unjuk rasa penduduk Mali

Keamanan Negeri Memburuk, Kabinet Pemerintahan Mali Mengundurkan DiriReuters

Krisis kepercayaan terhadap pemerintah kian berlipat pasca pembantaian yang terjadi pada 23 Maret silam. Berbekal senjata api dan parang, para penyerang disinyalir berasal dari etnis Dogon, yang memang memiliki sejarah panjang konflik berdarah dengan orang-orang Fulani.

Kabar mengejutkan tersebut sontak direspon dengan demonstrasi puluhan ribu orang di jalan-jalan ibu kota Bamako pada 5 April. Mereka menuntun pemerintah menindak tegas para pelaku. BBC melaporkan jika sang presiden sendiri telah merespon kemarahan para demonstran dalam pidato pada hari Selasa (16/4).

Menurut AFP, sebuah perhitungan kasar menyebut jika total sudah ada lebih dari 600 jiwa melayang dalam konflik di Mopti, Mali tengah, wilayah dengan penduduk yang datang dari beragam latar belakang etnis.

Baca Juga: WHO: Sudah 146 Orang Tewas di Konflik Perebutan Ibu Kota Libya

3. Konflik antar etnis di Mopti, Mali Tengah, kian perparah kondisi keamanan dalam negeri

Keamanan Negeri Memburuk, Kabinet Pemerintahan Mali Mengundurkan DiriICRC via Reuters

Pihak berwenang telah menahan lima orang yang dicurigai ikut serta dalam pembantaian nahas tersebut. Namun mereka belum berhasil melucuti senjata para kelompok milisi yang diyakini sebagai pengatur serangan, kendari Maiga dan Keita telah berjanji melakukannya.

Keamanan dalam negeri Mali tampaknya kian memburuk. Negeri di Afrika Barat tersebut sejak 2012 berjuang melawan gerakan separatis Tuareg dan kelompok ekstrimis yang memiliki koneksi dengan Al-Qaeda di wilayah gurun utara. Serangan militer, perjanjian damai, hingga bantuan Prancis tak serta merta menghentikan eskalasi konflik. Eksodus rakyat dari utara ke selatan pun belum berhenti.

Beberapa waktu lalu, sebuah serangan teroris ke pos tentara yang terletak di wilayah Mali tengah merenggut nyawa 23 tentara.

Baca Juga: Hampir Bersamaan dengan Notre Dame, Terlihat Api di Masjid Al-Aqsa 

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya