Adik Kim Jong-un: Korut Siap Tingkatkan Hubungan dengan Jepang

Jakarta, IDN Times - Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan, negaranya terbuka untuk membina hubungan yang lebih baik dengan Jepang, termasuk mengundang pemimpin negara itu ke Pyongyang.
Pekan lalu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan bahwa dia sedang menjajaki kemungkinan bertemu dengan pemimpin Korea Utara untuk menyelesaikan masalah penculikan warga sipil Jepang sekitar 50 tahun silam
Kim Yo Jong, wakil direktur departemen di Partai Pekerja yang berkuasa, mengatakan bahwa komentar Kishida dapat dianggap positif jika bertujuan meningkatkan hubungan.
"Jika Jepang membuat keputusan politik untuk membuka jalan baru guna meningkatkan hubungan berdasarkan rasa saling menghormati dan berperilaku hormat, menurut pandangan saya kedua negara dapat membuka masa depan baru," katanya pada Kamis (15/2/2024), menurut pernyataan yang dirilis oleh KCNA.
1. Korut sejauh ini tidak memiliki rencana khusus untuk meningkatkan hubungan dengan Jepang
Kim Yo Jong juga mengatakan, akan tiba suatu hari ketika pemimpin Jepang mengunjungi Pyongyang.
Meski begitu, ia menekankan bahwa pandangannya merupakan pengamatan pribadi dan kepemimpinan Korea Utara sejauh ini tidak memiliki rencana khusus untuk menjalin hubungan dengan Jepang. Pihaknya saat ini hanya akan akan mengambil pendekatan menunggu dan memantau perkembangan.
Kim Yo Jong sendiri dikenal sebagai orang terdekat dan penasihat saudara laki-lakinya dalam masalah kebijakan luar negeri.
2. Jepang tegaskan masalah penculikan belum selesai
Sementara itu, kepala sekretaris kabinet dan juru bicara pemerintah Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan, Tokyo menolak untuk berkomentar lebih jauh terkait pernyataan Kim Yo Jong. Namun, ia menegaskan bahwa Jepang tidak akan menerima sikap Korea Utara yang menyatakan bahwa masalah penculikan telah diselesaikan.
“Sikap kami dalam menyelesaikan masalah (dengan Korea Utara) secara komprehensif seperti penculikan, (senjata) nuklir, dan rudal tetap tidak berubah,” ujarnya, dikutip Yonhap.
Penculikan telah menjadi salah satu rintangan utama dalam normalisasi hubungan antara Korea Utara dan Jepang selama beberapa dekade. Tokyo menuding Seol telah menculik 17 warganya pada 1970-1980-an untuk memberikan pelatihan bahasa bagi mata-mata Korea Utara.
Jepang selama ini juga bersikap kritis terhadap upaya Korea Utara dalam mengembangkan rudal balistik dan senjata nuklir. Hal ini menyebabkan Tokyo kerap mendapat teguran keras dari Pyongyang, terutama saat mereka meningkatkan aliansi keamanan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).
3. Washington disebut dukung diplomasi apa pun dengan pemerintahan Kim Jong-un
Dilansir Reuters, Pejabat Senior AS untuk Korea Utara Jung Pak mengatakan bahwa Washington mendukung diplomasi apa pun dengan pemerintahan Kim Jong-un.
“Mereka telah menutup perbatasan mereka sejak Januari 2020 dan kami mendukung diplomasi apa pun di sana,” kata Jung Pak dalam penjelasannya di Departemen Luar Negeri.
“Diplomasi apa pun yang dilakukan DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea), termasuk Rusia, adalah hal yang positif,” tambahnya, merujuk pada kerja sama Pyongyang dengan Moskow, yang telah membuat Washington khawatir.
Namun, Pak mengatakan bahwa dia tidak bisa mengatakan apakah kesediaan Korea Utara untuk berbicara dengan Jepang dapat dikaitkan dengan langkah Seoul baru-baru ini yang ingin membangun hubungan diplomatik dengan sekutu lama Korea Utara, Kuba.
"Saya pikir Pyongyang selalu tertarik untuk membuat perpecahan dalam hubungan kita. atau dalam hubungan antara Jepang dan negara lain serta Korea dan negara lain," ujar dia.