TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fenomena Perempuan Turun ke Jalan di Tengah Konflik Israel-Palestina

Menjadi fenomena di negara Timur Tengah termasuk Lebanon

Ilustrasi (Instagram/amarselan)

Jakarta, IDN Times - Konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel melahirkan fenomena baru bagi kalangan perempuan di kawasan Timur Tengah. Banyak dari kaum perempuan turun ke jalan menyuarakan hak dan tuntutannya dengan berdemonstrasi membela Palestina.

Hal itu disampaikan Duta Besar Indonesia di Lebanon, Hajriyanto Y Thohari dalam program Ambassador's Talk by IDN Times, Selasa (18/5/2021).

Baca Juga: Mampukah Suara Indonesia dan OKI Hentikan Konflik Palestina-Israel?

1. Fenomena perempuan turun ke jalan untuk menyuarakan dukungan bagi Palestina

Woman Protester of Israel-Palestine Conflict (www.redpepper.org.uk/)

Hajriyanto mengatakan fenomena perempuan yang turut dalam aksi protes tersebut merupakan hal kini biasa ditemui di Palestina. Secara tidak langsung, fenomena tersebut menyentuh hati kemanusiaan masyarakat negara-negara Arab dan masyarakat internasional pada umumnya.

“Begitu kerasnya tindakan Israel sampai membuat rakyat di negara-negara Arab sekitarnya, sedemikian geramnya, sedemikian beraninya melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan selama ini dan kurang memperhitungkan bahaya, yaitu memasuki wilayah Israel,” kata Hajriyanto.

Baca Juga: Profil Hamas, Militan Palestina Pemimpin Gaza yang Perangi Israel

2. Perjuangan perempuan menyebar hingga ke negara-negara Timur Tengah lain

Warga Palestina perempuan melawan tentara Israel (cfr.org)

Lebanon menjadi salah satunya. Banyak warga Lebanon, terutama perempuan turun ke jalan dalam revolusi yang mulai pada Oktober 2019 sampai 2020

"Itu saya juga menyaksikan sehari-hari bagaimana kaum perempuan itu terjun dalam demo, dalam jumlah yang sering kali melebihi besarnya jumlah pendemo laki-laki, dan itu mereka mengajak anak-anak dengan memakai kostum warna-warni, kaos, dengan muka yang diwarnai, dicat dengan slogan, moto-moto, jargon-jargon, dengan bendera-bendera negara,” papar dia.

3. Gelombang protes negara Arab untuk dukung Palestina lebih hebat dari biasanya

Anggota Islami Andolan Bangladesh, sebuah partai politik Islam, berpartisipasi dalam sebuah protes mendukung Palestina, setelah ibadah salat Idul Fitri di Mesjid Nasional Baitul Mukarram, menyusul gejolak kekerasan Israel-Palestina, di Dhaka, Bangladesh, Jumat (14/5/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammad Ponir Hossain.

Dia pun menuturkan reaksi masyarakat Arab pada kali ini luar biasa besar. Masyarakat umum di Lebanon dan di Yordania bergerombol melakukan aksi-aksi unjuk rasa dan menerobos perbatasan, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

"Mereka menjebol perbataskan, masuk ke wilayah Israel, yang paling dekat itu Yordania. Para protesters kemudian dihalau oleh tembakan-tembakan," kata dia.

Di Lebanon, ungkapnya, kejadiannya lebih seru lagi karena jarak antara Beirut ke Yerusalem hanya sekitar 423 km. Dari perbatasan, itu sekitar 200 km saja. Perbatasan tersebut seperti tembok baja, yang memiliki tinggi sekitar 7-8 meter, sepanjang ratusan kilometer.

"Perbatasan ini ingin ditiru oleh Donald Trump, untuk perbatasan Meksiko. Tetapi, diantara tembok tersebut ada yang dengan pagar besi dan dilengkapi dengan kawat berduri."

Baca Juga: Memahami Two-State Solution, Solusi Israel-Palestina yang Sulit Diraih

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya