TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terorisme di Christchurch dan Manifesto Ekstremis Sayap Kanan

Brenton Tarrant, satu contoh kebangkitan sayap kanan ekstrem

IDN Times/Sukma Shakti

Christchurch, IDN Times - Tersangka utama pelaku pembantaian di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3), Brenton Tarrant, digambarkan sebagai "teroris ekstremis sayap kanan". Kepolisian Selandia Baru menyebut pria berkewarganegaraan Australia tersebut mengunggah manifesto sepanjang 74 halaman sebelum serangan.

Manifesto yang diunggah dalam akun Twitternya--yang kini sudah dihapus--itu, merinci pandangan soal supremasi kulit putih yang dianut Brenton. 

1. Manifesto berjudul "The Great Replacement" menyebut soal rencana serangan

Twittter/MatthewKeysLive

Sebuah manifesto diunggah di akun Twitter yang diyakini milik salah satu penyerang bernama Brenton Tarrant. Sesaat sebelum serangan penembakan terjadi, akun Twitter Brenton yang kini telah dinonaktifkan, mengunggah tautan ke sebuah manifesto 74 halaman berjudul "The Great Replacement".

Manifesto yang tidak ditandatangani itu dipenuhi dengan ide-ide antiimigran, anti-Muslim, supremasi kulit putih, dan penjelasan tentang sebuah serangan. Manifesto itu mengulangi poin-poin pembahasan umum "sayap kanan". Manifesto itu juga mengutuk upaya pembatasan senjata api di AS dan berjanji untuk memulai perang ras di Amerika.

Dia juga mengaku melakukan penyerangan di masjid Christchurch dilakukan karena merasa ia harus membalas dendam kepada kaum Muslim atas apa yang terjadi di Eropa terkait aksi terorisme yang dilakukan kelompok Islam radikal.

Baca Juga: [BREAKING] Saksi: Senjata Teroris di Christchurch Mirip Rifle PUBG

2. Selandia Baru dipilih jadi target karena selama ini memiliki citra sebagai negara aman

IDN Times/Sukma Shakti

Dalam manifesto itu, Brenton mengatakan dia telah merencanakan serangan selama dua tahun dan pindah dari Australia ke Selandia Baru untuk merencanakan dan melatih untuk serangan itu. Meskipun bukan target awal serangan itu, Brenton mengatakan, Selandia Baru dipilih karena citra mereka sebagai salah satu negara teraman di dunia.

Dalam pernyataannya dia mengatakan, "Saya hanya pria kulit putih biasa yang memutuskan mengambil tindakan demi keberlangsungan hidup kaum saya." Itu merujuk kepada para korban serangan teror di Stockholm dan ketegangan rasial di Balkan.

3. Upaya esktremis sayap kanan menyebarkan pesan supremasi kulit putih

Twitter/@ScottMorissonMP

Ekstremis sayap kanan dinilai telah "bangkit" dalam beberapa waktu terakhir. Hal tersebut disampaikan Paul Spoonley, seorang profesor di Universitas Massey Selandia Baru, sebagaimana dilansir www.nbcnews.com. Namun, menurutnya, kelompok sayap kanan masih merupakan bagian kecil dari spektrum politik di Selandia Baru.

Alih-alih hanya berfokus pada keluhan domestik, kaum nasionalis penganut supremasi kulit putih menyerap berbagai insiden terorisme di seluruh dunia sebagai sebuah stimulus untuk perjuangan mereka. Mereka mengutuk serangan terorisme sebelumnya dan mengutuk apa yang mereka nilai sebagai ketidakadilan.

Ekstremisme kanan-anti-imigran memiliki sejarah panjang di Australia dan dalam beberapa tahun terakhir fokus mereka telah bergeser ke Muslim . Hal itu disampaikan Mark Briskey, seorang dosen senior bidang kriminologi di Universitas Murdoch di Perth.

Pandangan-pandangan ini telah meresap ke arus utama politik Australia, digaungkan, dan diperkuat oleh tokoh-tokoh publik, seperti Senator Australia Fraser Anning. Fraser pada tahun lalu menyebut istilah "solusi akhir" dalam seruan untuk membatasi imigrasi Muslim.

Briskey mengatakan pesan semacam itu "memberikan lampu hijau" bagi orang-orang yang mungkin tertarik pada narasi sentimen terhadap Islam semacam ini. Menurutnya, ini juga mendorong fitnah lebih lanjut terhadap umat Islam, dan secara ekstrem, dengan kekerasan.

3. Profil Brenton Tarrant

Twitter/@MatthewKeysLive

Seorang saksi di tempat kejadian menggambarkan Brenton sebagai "kulit putih, berusia 30-an atau 40-an tahun dan mengenakan seragam." Demikian dilaporkan wartawan TVNZ, Anna Burns-Francis yang dilansir CNN.

Sementara itu, pihak berwenang Selandia Baru menyebut Brenton berusia 28 tahun dan dipastikan berkewarganegaraan Australia. Keluarganya merupakan campuran keturunan Skotlandia, Irlandia, dan Inggris.

Brenton tidak melanjutkan studi hingga perguruan tinggi karena tidak merasa semua yang ditawarkan di kampus mampu menarik minatnya. Lebih lanjut, Brenton juga beranggapan bahwa pendidikan tidak pernah jadi fokus utamanya.

Baca Juga: [BREAKING] Penembakan di Masjid Christchurch: Apa Saja Info Sejauh Ini

4. Polisi menahan Brenton dan tiga orang lainnya

Twitter/@tictoc

Sejauh ini, polisi telah menangkap empat orang terkait serangan terhadap dua masjid di Kota Christchurch. Komisaris Polisi Selandia Baru Mike Bush mengatakan pelaku yang ditahan ialah tiga laki-laki dan satu perempuan. Polisi tidak menutup kemungkinan ada orang lain yang terlibat dalam aksi penyerangan tersebut.

Selain Brenton, tiga orang lainnya juga telah ditahan. Meski demikian pihak berwenang belum merinci bagaimana keterkaitan mereka dengan aksi penyerangan di Christchurch. Berdasarkan informasi dari pejabat di Kepolisian Selandia Baru, tak satu pun dari mereka yang ada dalam daftar pantauan terkait terorisme.

Polisi Christchurch menangkap mereka dengan cara menghentikan kendaraan mereka. Komisaris Polisi Selandia Baru Mike Bush mengatakan para penyerang juga menggunakan alat peledak terimprovisasi (improvised explosive devices/IED) yang terpasang pada sejumlah kendaraan mereka.

Baca Juga: [BREAKING] Kehangatan Toleransi Usai Penembakan Masjid Selandia Baru

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya