TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gempa Turki-Suriah: 46 Ribu Orang Tewas, 84 Ribu Bangunan Rusak

Distribusi bantuan di Suriah masih terkendala

Ilustrasi kerusakan akibat gempa di Kota Izmir, Turki pada 30 Oktober 2020 (www.twitter.com/@i_gillani4)

Jakarta, IDN Times – Memasuki hari ke-12 setelah gempa dahsyat menghantam Turki-Suriah, lebih dari 46 ribu orang tewas dan lebih dari 84 ribu bangunan rusak parah, perlu dibongkar segera, atau runtuh.

Ketika Turki berupaya untuk mengelola bencana modern terburuknya, kekhawatiran tumbuh atas para korban tragedi di Suriah. Dilansir Al Jazeera, Program Pangan Dunia (WFP) menekan pihak berwenang di barat laut untuk berhenti memblokir akses ke daerah tersebut, untu membantu ratusan ribu orang yang terdampak gempa bumi.

Korban tewas di Turki mencapai 40.642 orang, sementara negara tetangga Suriah melaporkan lebih dari 5.800 kematian, angka yang tidak berubah selama beberapa hari.

Baca Juga: 2 WNI Korban Gempa Turki Sudah Teridentifikasi, Berasal dari Bali

1. Menunggu keajaiban lainnya di tengah reruntuhan

Ilustrasi gempa (IDN Times/Arief Rahmat)

Para pekerja dari Kyrgyzstan pada Sabtu berusaha menyelamatkan keluarga Suriah beranggotakan lima orang dari puing-puing sebuah bangunan di kota Antakya di selatan Turki. Tiga orang, termasuk seorang anak, diselamatkan hidup-hidup. Ibu dan ayahnya selamat tetapi anak itu kemudian meninggal karena dehidrasi, kata tim penyelamat. Satu kakak perempuan dan saudara kembar tidak berhasil.

Sementara itu, seorang bayi yang lahir di Suriah utara saat gempa telah dipertemukan kembali dengan bibi dan pamannya, setelah orang tua dan saudara kandungnya meninggal dalam bencana tersebut.

Rekaman yang beredar luas di media sosial setelah gempa menunjukkan seorang penyelamat bergegas menuruni bukit puing sambil membawa bayi mungil yang tertutup debu.

Bayi yang baru lahir itu kemudian diidentifikasi sebagai anak Abdallah dan Afraa Mleihan, yang meninggal dalam gempa bumi bersama anak-anak mereka yang lain di kota Jandaris yang dikuasai pemberontak di provinsi Aleppo, Suriah.

Pada Sabtu (18/2/2023), bibi dari pihak ayah Hala dan pamannya melalui pernikahan Khalil Al-Sawadi akhirnya menjemput keponakan mereka, yang mereka beri nama Afraa, setelah ibunya meninggal.

2. Bantuan masih sulit masuk karena masalah politik di Suriah

Ilustrasi gempa bumi (IDN Times/Sukma Shakti)

WFP telah mendesak otoritas Suriah di barat laut untuk menghentikan pemblokiran akses ke daerah tersebut, karena berusaha membantu ratusan ribu orang yang dilanda gempa bumi.

Direktur WFP, David Beasley, mengatakan badan itu kehabisan pasokan di sana dan meminta lebih banyak penyeberangan perbatasan dibuka dari Turki.

“Masalah yang kami hadapi (adalah dengan) operasi lintas garis ke Suriah barat laut di mana otoritas Suriah barat laut tidak memberi kami akses yang kami butuhkan,” kata Beasley di sela-sela Konferensi Keamanan Munich.

Di Suriah, yang telah hancur oleh lebih dari satu dekade perang saudara, sebagian besar korban jiwa terjadi di barat laut.

Daerah tersebut dikuasai oleh para pejuang yang berperang dengan pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad, yang mempersulit upaya untuk mendapatkan bantuan kepada masyarakat.

Baca Juga: Cerita Tim Dokter Unhas Datang ke Turki Bantu Korban Gempa

Verified Writer

Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya