TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mau Batalkan Beli Helikopter Senilai Rp3 T, Filipina Buat Rusia Baper

Filipina sudah bayar uang muka

Ilustrasi helikopter. (Pexels.com/Somchai Kongkamsri)

Jakarta, IDN Times - Moskow mengatakan kepada Filipina bahwa mereka harus menghormati kesepakatan senilai 215 juta dolar AS (sekitar Rp3,3 triliun) untuk membeli 15 helikopter militer Rusia. Keputusan itu dibatalkan sepihak oleh mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, karena kekhawatiran dijatuhkan sanksi oleh Amerika Serikat (AS) setelah Rusia melakukan invasi.

Duta Besar Rusia untuk Filipina, Marat Pavlov, mengatakan bahwa pemerintah Filipina belum secara resmi mengumumkan pembatalan pembelian 16 helikopter tersebut. Di sisi lain, perusahaan Rusia akan terus memproduksi helikopter Mi-17 sesuai pesanan yang telah disepakati.

Pemerintah Filipina telah melakukan pembayaran awal dan pilot helikopter Filipina telah menjalani pelatihan di Rusia, kata Pavlov.

Baca Juga: Menlu Madagaskar Dicopot Usai Dukung Resolusi PBB yang Kutuk Rusia

1. Rusia sayangkan keputusan Filipina, karena sudah bayar uang muka

Ilustrasi dolar AS ( ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Berdasarkan penuturan Pavlov, pada Rabu (19/10/2022), salah satu helikopter Mi-17 sudah selesai diproduksi dan siap dikirim sejak Juni lalu.

"Tapi, sayangnya, itu tidak diterima oleh pemerintah Anda. Kami siap memenuhi semua kewajiban kami sebagai mitra terpercaya dari pihak Filipina di bidang kerja sama teknis militer dan kami menganggap hal itu juga akan dilakukan oleh Filipina,” kata Pavlov, kepada GMA News.

“Uang muka itu untuk awal operasi perakitan, jadi kami terus merakit (helikopter). Karena kami menerima sejumlah uang, karena itu memenuhi semua kewajiban kontrak. Ini adalah masalah yang sangat penting dalam hubungan bilateral kami,” tambahnya.

2. Filipina tidak ingin repot saat berbisnis dengan Rusia

Ferdinand Marcos Jr dalam kampanyenya sebagai calon presiden Filipina (Instagram.com/Bongbong Marcos)

Pemerintah Filipina saat ini, yang dipimpin oleh Presiden Ferdinand Marcos Jr, belum memberikan tanggapan langsung.

Menurut Duta Besar Filipina untuk AS, Jose Manuel Romualdez, keputusan pembatalan kontrak dilatari kekhawatiran dengan sanksi Barat, termasuk kemungkinan pembatasan yang dapat memperlambat transfer bank pendapatan yang dikirim pulang oleh pekerja migran Filipina dari Washington dan negara Barat lainnya.

Menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, negara-negara yang membeli peralatan pertahanan Rusia dapat menghadapi sanksi Barat.

“Saya pikir sangat bijaksana, terutama bagi Presiden Duterte, untuk menyetujui pembatalan kontrak itu karena dapat menyelamatkan kita dari banyak masalah,” kata Romualdez.

Baca Juga: Erdogan Setuju Jadikan Turki Pusat Penjualan Gas Rusia

Verified Writer

Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya