TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Krisis Air di Senegal: Air Baru Keluar dari Keran Setelah 2 Hari

Pasokan air menipis akibat populasi yang terus meningkat

Ibu Kota Senegal, Dakar (dakar-academy.org)

Jakarta, IDN Times - Bank Dunia melaporkan bahwa pengelolaan air yang ada di ibu kota Senegal, Dakar, masuk dalam kategori buruk. Hal tersebut tak lepas dari kelangkaan air bersih di samping eksploitasi berlebihan dan polusi air tanah.

Di saat permintaan air di Kota Dakar terus meningkat, para pemerintah kota berlomba-lomba meningkatkan infrastruktur untuk mengamankan pasokan air mereka. 

"Air adalah sumber kehidupan, tetapi di sini air adalah sumber masalah," kata Khadija Mahecor Diouf selaku Wali Kota Golf Sud, kota di pinggiran Dakar, dilansir France 24

Baca Juga: Peresmian Kereta Api Senegal Dibayangi Protes Kompensasi

1. Pasokan air semakin menipis akibat melonjaknya jumlah populasi di Senegal

Kekurangan air sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat Senegal.

“Kami bangun jam 4 atau 5 pagi untuk mengambil air, kata Sidy Fall, warga setempat," dilansir RFI

Jika Sidy tidak bangun tepat waktu, pasokan air sering habis pada pukul 5:30 pagi. Saat musim gugur, terkadang kerannya dapat menjadi kering selama dua hingga tiga hari sekaligus. 

Ledakan populasi di Senegal meningkatkan permintaan sumber daya air yang langka di ibu kota. Kota Dakar yang diketahui memiliki populasi lima juta penduduk itu diprediksi masih akan menghadapi permasalahan pasokan air pada masa mendatang. 

Pemerintah setempat sendiri sudah meningkatkan investasi di bidang infrastruktur untuk menangani permasalahan ini. Walau begitu, belum diketahui secara pasti sampai kapan permasalahan ini dapat selesai.

2. Permasalahan air bersih bukan merupakan hal baru di Senegal

Seorang anak asal Senegal yang sedang memegang keran air. (worldbank.org)

Jika ibu kota Senegal saja mengalami permasalahan air, lantas apa kabar dengan kota-kota lainnya?

Sebenarnya, permasalahan sanitasi bukan merupakan hal baru di Senegal. Pada akhir 2018, masyarakat Kota Foundiougne mengalami permasalahan sanitasi air, sehingga mereka mendapatkan air yang berwarna oranye dari keran mereka. 

Hal tersebut juga terjadi di beberapa kawasan lainnya yang menimbulkan berbagai unjuk rasa yang diikuti kerusuhan. Aksi unjuk rasa tersebut membuat 16 orang ditangkap, dilansir Africa Times

Di Senegal dan sekitarnya, perjuangan untuk memastikan pasokan air yang berkelanjutan telah terkendala oleh infrastruktur, tingginya permintaan akibat populasi yang meningkat, dan kendala anggaran selama bertahun-tahun. Menurut Bank Dunia, konsumsi air Senegal akan meningkat antara 30 hingga 60 persen pada 2035. 

Memasok air minum yang aman dan menyediakan layanan sanitasi dasar ke seluruh Benua Afrika dapat menelan biaya hingga 15 miliar dolar AS, menurut perkiraan Bank Dunia. Maka tidak heran, perjuangan untuk mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang layak merupakan perjuangan berat.

Baca Juga: Kekeringan di Somalia: Saya Ketuk Setiap Pintu untuk Mengemis Makanan

Verified Writer

Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya